Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda di Kelurahan Tembalang Kota Semarang

Adult Mosquitoes Trapped in Different Types of Attractants in Tembalang Village Semarang City

  • Zainul Ambiya Undip
  • Martini Martini Loka Litbang Kesehatan Pangandaran
  • Firda Yanuar Pradani Loka Litbang Kesehatan Pangandaran https://orcid.org/0000-0002-0249-5305
Keywords: Tembalang Village, Vector Control, Attractant, Mosquito Density

Abstract

Abstract. Tembalang Village is one of the endemic areas of DHF in the city of Semarang (IR 479,6/100.000
population). The discovery of chemical resistance cases in mosquitoes requires another alternative as an effort
to control dengue that is environmentally friendly, cheap and effective, namely by using mosquito traps with
attractants. This study aims to determine the differences in the types of effective attractant materials to be
used in mosquito traps as an effort to control mosquitoes. This type of research is experimental with the Post-
Test Only Control Group Design method. The sample of this study was 64 houses with repetitions of 6 times.
Testing of attractants was carried out on 3 types of attractants, namely brown sugar yeast, sugar yeast, straw
soaking water and PAM water as a control. Environmental observations were carried out to determine the
density of mosquitoes in Tembalang Village. The results showed that the type of attractant most favored by
mosquitoes was brown sugar yeast (73,37%) and sugar yeast (26,62%). Meanwhile, the mosquito density in
Tembalang sub-district was low at 1.375 with the most found mosquito population being Culex (55.7%) and
the highest fishing place in the house (59%).

Abstrak. Desa Tembalang merupakan salah satu daerah endemis DBD di Kota Semarang (IR 479,6/100.000 penduduk). Resistensi pada nyamuk terhadap insektisida kimiawi mendorong penelitian tentang alternative upaya penanggulangan DBD yang ramah lingkungan, murah dan efektif. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengembangkan perangkap nyamuk menggunakan atraktan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan jenis bahan atraktan sebagai perangkap nyamuk. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan metode Post-Test Only Control Group Design. Sebanyak 64 rumah diambil sebagai sampel dengan pengulangan sebanyak 6 kali. Pengujian atraktan dilakukan pada 3 jenis atraktan yaitu ragi gula merah, ragi gula, dan air rendaman jerami. Air PAM digunakan sebagai kontrol. Dilakukan penghitungan jumlah nyamuk yang tertangkap untuk menghitung kepadatan nyamuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis atraktan yang paling disukai nyamuk adalah ragi gula merah (73,37%) dan ragi gula putih (26,62%). Kepadatan nyamuk di Kecamatan Tembalang tergolong rendah yaitu 1,375 dengan populasi nyamuk terbanyak ditemukan adalah Culex spp (55,7%) dan Aedes spp (44,3%). Berdasarkan lokasi penangkapan, nyamuk lebih banyak tertangkap di dalam rumah (59%). 

References

1. Kemenkes. Demam Berdarah Dengue. Vol 2.; 2010.

2. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang 2016. 2016:1-102.

3. Semarang DKK. Laporan Incidence Rate DBD Kelurahan.; 2017.

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Direktorat Jenderal Pengendali Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan Jakarta. 2011.

5. Hasanah HU, Sukamto DS, Novianti I. Efektivitas atraktan alami terhadap Aedes aegypti pada perbedaan warna perangkap. J Biol dan Pembelajaran Biol. 2017;2(2):23-32.

6. Suyudi A, Fatiqin A, Salim M. Efektivitas Air Rendaman Cabai Merah ( Capsicum annum ) Jerami ( Oryza sativa ) Serbuk Kulit Jengkol ( Pithecellobium lobattum ) sebagai Atraktan Terhadap Nyamuk Aedes aegypti. In: Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Terapan. ; 2018:26-32.

7. Devinta Lala, Suprijandani N. Fermentasi Air Kelapa Muda Sebagai Atraktan Nyamuk Aedes Aegypti. Gema Kesehat Lingkung. 2018;16(1):50-59.

8. Hudiono K, Saputro P. Pengaruh Penggunaan Berbagai Atraktan Terhadap Intensitas Serangan Lalat Buah (Bactrocera spp .) Pada Empat Varietas Semangka ( Citrullus vulgaris S .). J Agron Tanam Trop. 2019;1(2):73-83.

9. Iskandar Arfan ER. Perbedaan Ovitrap Ember Plastik Atraktan Rendaman Jerami, Sabut Kelapa, Air Hujan terhadap Jumlah Telur Nyamuk Aedes sp. J Kesehat Masy Khatulistiwa. 2019:70-78.

10. Dwinata I, Baskoro T, Indriani C, Kedokterantropis P, Kedokteran F, Gadjah U. Autocidal Ovitrap Atraktan Rendaman Jerami Sebagai Alternatif Pengendalian Vektor DBD Di Kab . Gunungkidul. J MKMI. 2015;Juni:125-131.

11. Jacquin J. Insect Olfactory Receptors: Contribution of Molecular Biologi to Chemical Ecologi. 2004.

12. Astuti EP. Efektifitas Alat Perangkap (Trapping ) Nyamuk Vektor Demam Berdarah Dengue dengan Fermentasi Gula Effectiveness of Mosquito Trap with Sugar Fermented Attractant to the Vector of Dengue Hemorrhagic Fever. 2011:41-48.

13. Arvita Kumala Sari, Devi Octaviana SPM. Perbedaan Efektivitas Penggunaan Atraktan Larutan Fermentasi Gula-Ragi Dan Air Rendaman Cabai Merah ( Capsicum Annum ) Terhadap Jumlah Telur Aedes Sp . Yang Terperangkap. J kesmas Indones. 2017;9(1):60-68.

14. Siti Rahayu, Whawan Bayu A, Destie Nur Lailly V MAM. Uji Kefektifan Atraktan oryza sativa, capsicum annum, trachisperum roxburgianum pada Trapping nyamuk Aedes Aegypti. 2015;45835.

15. Ridha MR, Fadilly A, Hairani B, Sembiring WR, Meliyanie G. Efektivitas Atraktan terhadap Daya Tetas dan Jumlah Telur Nyamuk Aedes albopictus di Laboratorium. ASPIRATOR - J Vector-borne Dis Stud. 2019;11(2):99-106.
doi:10.22435/asp.v11i2.1164

16. Salim M, Satoto TBT. Uji Efektifitas Atraktan pada Lethal Ovitrap terhadap Jumlah dan Daya Tetas Telur Nyamuk Aedes aegypti. Bul Penelit Kesehat. 2015;43(3):147-154. doi:10.22435/bpk.v43i3.4342.147-154

17. Rosa E. Studi Tempat Perindukan Nyamuk Vektor Demam Berdarah Dengue di Dalam dan di Luar Rumah di Rajabasa, Bandar Lampung. J Sains MIPA Univ Lampung. 2007;13(1):57-60.

18. Gama A. Analisis faktor risiko kejadian demam berdarah dengue di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali. Eksplanasi. 2010;5(2).

19. P2M&PLP D. Program Dan Kebijakan Pengendalian Vektor/Reservoir Penyakit Di Indonesia. Jakarta; 2006.

20. Badriyah S. HN. Hubungan Antara Tempat Perindukan Nyamuk Aedes aegypti Dengan Kasus Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. J trop.pharm.chem. 2011;1(2).

21. Munif A. Nyamuk Vektor Malaria dan Hubungannya Dengan Aktivitas Kehidupan Manusia Di Indonesia. Aspirator. 2009;1(2):94-102.

22. Bernier UR, Kline DL, Schreck CE, Yost RA, Barnard DR. Chemical analysis of human skin emanations: comparison of volatiles from humans that differ in attraction of Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). J Am Mosq Control Assoc. 2002;18(3):186-195.
Published
2020-12-28
How to Cite
1.
Ambiya Z, Martini M, Pradani F. Nyamuk Dewasa yang Terperangkap pada Jenis Atraktan Berbeda di Kelurahan Tembalang Kota Semarang. ASP [Internet]. 28Dec.2020 [cited 24Apr.2024];12(2):115-22. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/1440