Nocturnal Activity of Aedes spp. in the Filariasis Endemic Area in Central Java

Aktivitas Nokturnal Aedes spp. di Wilayah Endemis Filariasis di Jawa Tengah

  • Nissa Kusariana Department of Epidemiology and Tropical Disease, Public Health Faculty, Universitas Diponegoro, Semarang City, 50275, Indonesia
  • Praba Ginandjar Department of Epidemiology and Tropical Disease, Public Health Faculty, Universitas Diponegoro, Semarang City, 50275, Indonesia
  • Vivi Septi Ariyani Department of Epidemiology and Tropical Disease, Public Health Faculty, Universitas Diponegoro, Semarang City, 50275, Indonesia
  • Moh Arie Wurjanto Department of Epidemiology and Tropical Disease, Public Health Faculty, Universitas Diponegoro, Semarang City, 50275, Indonesia
Keywords: Aktivitas Nokturnal, Aedes spp., Filariasis, Jawa Tengah

Abstract

Program eliminasi filariasis belum menunjukkan hasil maksimal di Provinsi Jawa Tengah. Perubahan perilaku vektor nyamuk terutama waktu aktif menghisap darah sangat mempengaruhi penularan penyakit filariasis. Salah satu perubahan perilaku vektor tersebut adalah aktivitas nyamuk Aedes spp. yang aktif di pagi hari menjadi aktif di malam hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aktivitas nokturnal nyamuk Aedes spp. di daerah endemis filariasis di Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross-sectional yang dilakukan di dua desa endemis filariasis yaitu Desa Tegal Dowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan dan Desa Ujung-Ujung, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. Penangkapan nyamuk dilakukan selama 2 malam di rumah penderita filariasis atau rumah di sekitar rumah kasus (Jarak ± 200 meter) dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penangkapan nyamuk berlangsung pada pukul 18.00 - 24.00 WIB dengan jumlah penangkap nyamuk 3 orang di dalam dan 3 orang di luar rumah. Pengumpulan nyamuk dilakukan dengan metode Human Landing Collection (HLC) dan resting collection. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas nokturnal Aedes aegypti dan Aedes albopictus di daerah endemis filariasis di Jawa Tengah. Total nyamuk Aedes spp. yang ditemukan yaitu sebanyak 124 nyamuk, dengan 121 Ae. aegypti ditemukan di dalam rumah dan 2 nyamuk diluar rumah. Di dua wilayah penelitian ditemukan waktu aktif Ae. aegypti berada pada pukul 18.00-19.00 WIB. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya aktivitas nokturnal dari Aedes spp. di wilayah endemis Filariasis di Provinsi Jawa Tengah

References

1. Kemenkes RI. Infodatin: Pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan RI, Situasi filariasis di Indonesia. 2019. p. 1–10.

2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kaki gajah penyebab kecacatan [Internet]. Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan R. 2019. Available from: https://www.kemkes.go.id/article/view/19100700004/elephantiasis-causes-disability.html

3. Irawan AS, Boesri H, Nugroho SS. Program nasional untuk eliminasi filariasis limfatik: Studi kasus di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Vektora J Vektor dan Reserv Penyakit. 2018;10(2):95–102.

4. Ramadhani T, Hadi UK, Soviana S, Irawati Z. Transmisi strain Wuchereria bancrofti periodik nokturnal oleh Culex quinquefasciatus di Kota Pekalongan. Acta Vet Indones. 2019;7(2):1–8.

5. Muhimmah I, Fata SN, Lusiyana N. Segmentasi Mikrofilaria untuk diagnosis penyakit kaki gajah berbasis citra mikroskopis. Teknoin. 2016;22(10):744–51.

6. Meliyanie G, Andiarsa D. Program eliminasi lymphatic filariasis di Indonesia. J Heal Epidemiol Commun Dis. 2019;3(2):63–70.

7. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016. 2016.

8. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2016. Kabupaten Semarang; 2016.

9. Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang Tahun 2018. Kabupaten Semarang; 2018.

10. Kemenkes RI. Info data dan informasi filariasis. 2016.

11. Supranelfy Y, Ritawati, Oktarina R. Periodisitas mikrofilaria Brugia malayi dalam darah di Kabupaten Muaro Jambi. Spirakel. 2019;11(1):17–23.

12. World Health Organization. Lymphatic filariasis [Internet]. 2020. Available from: https://www.who.int/lymphatic_filariasis/epidemiology/en/

13. Gleave K, Cook D, Taylor MJ, Reimer LJ. Filarial infection influences mosquito behaviour and fecundity. Sci Rep. 2016;6(October):1–8.

14. Marcondes CB. Arthropod Borne Diseases. Marcondes CB, editor. Brazil: Springer International Publishing; 2017. 23–28 p.

15. Pan J. Filariasis. Vol. 2, Radiology of Infectious Diseases. 2015. p. 307–14.

16. Cebri S. A Literature review of host feeding patterns of invasive aedes mosquitoes in Europe. Insects. 2020;11(12):1–16.

17. Juhairiyah J, Hidayat S, Hairani B, Fakhrizal D, Setyaningtyas DE. Keanekaragaman jenis dan perilaku nyamuk pada daerah endemis filariasis di Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan. Balaba J Litbang Pengendali Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara. 2018;31–42.

18. Hadi UK, Soviana S, Gunandini DD. Nocturnal biting activity of dengue vectors in several areas of Indonesia. Indones J Entomol [Internet]. 2013;9(1):1–6. Available from: http://pei-pusat.org/jurnal/index.php/jei/article/view/73

19. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Kunci Identifikasi Nyamuk Aedes. Jakarta: Kemenkes; 2013.

20. Astuti EP, Ipa M, Wahono T, Riandi U. Kepadatan nyamuk tersangka vektor Filariasis di Desa Panumbangan Kabupaten Ciamis, Desa Jalaksana Kabupaten Kuningan dan Desa Batukuwung Kabupaten Serang. J Ekol Kesehat. 2012;11(4):342–52.

21. Sitorus H, Budiyanto A, Ambarita LP, Hapsari N, Taviv Y. Keanekaragaman spesies nyamuk di wilayah endemis filariasis di Kabupaten Banyuasin dan endemis malaria di Oku Selatan. Balaba. 2015;11(Des 2015):97–104.

22. Ridha MR, Fadilly A, Rosvita NA. Aktivitas nokturnal Aedes (Stegomyia) aegypti dan Ae. (Stg) albopictus (Diptera : Culicidae) di berbagai daerah di Kalimantan. J Heal Epidemiol Commun Dis. 2017;3(2):50–5.

23. Nirwan M, Hadi UK, Soviana S, Setyaningsih S, Satrija F. Studi epidemiologi dan gambaran program eliminasi filariasis limfatik di Kabupaten Bogor. ASPIRATOR -J Vector-borne Dis Stud. 2020;12(2):93–104.

24. Chen CD, Wan-Norafikah O, Nurin-Zulkifli IM, Lee HL, Faezah K, Izzul AA, et al. Biting behaviour of medically important mosquitoes (Diptera: Culicidae) in Peninsular Malaysia. Trop Biomed. 2017;34(1):199–211.

25. Camargo C, Braimah YHA, Amaro IA, Harrington LC, Wolfner MF, Avila FW. Mating and blood - feeding induce transcriptome changes in the spermathecae of the yellow fever mosquito Aedes aegypti. Sci Rep [Internet]. 2020;1–13. Available from: https://doi.org/10.1038/s41598-020-71904-z

26. Muhammad NAF, Kassim NFA, Ab Majid AH, Rahman AA, Dieng H, Avicor SW. Biting rhythm and demographic attributes of Aedes albopictus (Skuse) females from different urbanized settings in Penang Island, Malaysia under uncontrolled laboratory conditions. PLoS One [Internet]. 2020;15(11 November):1–12. Available from: http://dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0241688

27. Kawada H, Takemura SY, Arikawa K, Takagi M. Comparative study on nocturnal behavior of Aedes aegypti and Aedes albopictus. Vol. 42, Journal of Medical Entomology. 2005. 312–318 p.

28. Wibawaning Astuti RRUN, Mulyaningsih B, Nurcahyo RW, Soesilohadi RH, Hadisusanto S. Diversity, dominancy, and periodicity of mosquitoes in filariasis endemic areas in Samborejo Village Tirto District Pekalongan Regency. Indones J Trop Infect Dis. 2019;7(6):131.

29. Famakinde D. Mosquitoes and the lymphatic filarial parasites: Research trends and budding roadmaps to future disease eradication. Trop Med Infect Dis. 2018;3(1):4
Published
2021-06-29
How to Cite
1.
Kusariana N, Ginandjar P, Ariyani V, Wurjanto M. Nocturnal Activity of Aedes spp. in the Filariasis Endemic Area in Central Java. ASP [Internet]. 29Jun.2021 [cited 19Apr.2024];13(1):47-4. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/4161