Mortalitas Aedes albopictus akibat infeksi horizontal Beauveria bassiana dan aktivitas enzim Kitinase B. bassiana

Mortality of Aedes albopictus caused by horizontal infection of Beauveria bassiana and its chitinase enzyme activity

Keywords: Demam berdarah dengue, Beauveria bassiana, kosentrasi konidia, aktivitas enzim kitinase

Abstract

Abstrak. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor primer dan Ae. albopictus sebagai vektor sekunder. Pengendalian vektor selama ini dilakukan dengan menggunakan insektisida dengan resiko terjadi resistensi. Upaya pencarian insektisida alternatif yang ramah lingkungan dan aman terus dilakukan dengan melakukan penelitian potensi mikroorganisme seperti bakteri dan fungi. Salah satu fungi yang diketahui memiliki daya patogen terhadap nyamuk adalah B. bassiana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian konidium B. bassiana dengan konsentrasi berbeda terhadap mortalitas Ae. albopictus. Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat pengaruh kondisi nyamuk terhadap infeksi fungi, potensi infeksi horizontal dari nyamuk jantan yang terinfeksi kepada nyamuk betina sehat dan aktivitas enzim kitinase yang dihasilkan oleh B. bassiana. Data kematian dianalisis menggunakan uji univariate dan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Tukey. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi konidia berpengaruh terhadap mortalitas Ae. albopictus. Kondisi nyamuk tidak ikut mempengaruhi mortalitas tetapi mempengaruhi kerentanan nyamuk. Tidak ada interaksi dari kedua faktor yang diujikan sehingga kedua faktor berdiri sendiri dalam menentukan kematian nyamuk. Pada konsentrasi 105 angka kematian nyamuk adalah sebesar 23,05%. Konsentrasi lebih tinggi yaitu 107 mengakibatkan mortalitas yang lebih tinggi yaitu sebesar 31,47%. Indeks kitinolitik B. bassiana adalah sebesar 1,67 dan aktivitas spesifik enzim adalah sebesar 1,0557 unit/mg.

References

1. WHO. Pesticides and Their Aplication: For the Control of Vectors and Pests of Public Health Importance. WHO /CDS/ NTD/ WHOPES /GCDPP /2006 /1. Diakses 20 juni 2013.
2. Prasad A, Veerwal B. 2010. Biotoxicity of entemopathogenic fungus Beauveria
bassiana (Balsamo) Vuillemin, against early larval instars of Anopheline mosquitoes. Jurnal of Herbal Medicine and Toxicology (4) :181-188.
3. Kryukov VY, Yaroslavtseva ON, et al. 2011. Change in the temperature preferences of Beauveria bassiana sensu lato isolates in the latitude gradient of Siberia and Kazakhstan. Journal of Microbiology, (81): 453-459.
4. Prayogo Y. Efikasi Cendawan Entomo-patogen Beauveria bassiana Bals. Vuill Terhadap Kepik Hijau Nezara virindula (L). Suara Perlindungan Tanaman, 2012; 2(1).
5. Barbarin, A.M., N.E. Jenkins, Rajotte E.G. dan Thomas M.B. A preliminary evaluation of the potential of B. bassiana for bed bug control. Journal Invertebrata Pathologi, 2012, (111):82-85.
6. Borror DJ, Triplehorn, Johnson. Pengenalan Pelajaran Serangga, Edisi VI. Gadjah Mada University Press; 1996.
7. Wahyudi P. Produksi mikoinsektisida dari propagul kapang Beauveria bassiana. Jurnal Matematika, Sains & Teknologi, 2008; (9):68-79.
8. Toharisman A. Peluang pemanfaatan enzim kitinase di industri gula. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia; 2008.
9. Donald GM Jr. Fungus fatal to mosquito may aid global war on malaria. The new york times, 10 June 2005. Diakses 20 juni 2013.
10. Groden E. Using Beauveria bassiana for insect management. Proceeding. New England Vegetable and Berry Growers conference and trade show, 1999; 313-315. http://www. Hort.uconn.edu. Diakses 20 juni 2013.
11. Luz, C.,L. Silva, B. P. Mugalhaes., C. M.T. Condeiro & M. S. Tinago. Control of Triatoma infestans (Klug) (Reduvillidae: Triatominae) with B. bassiana (Balls) Vuill Preliminans assays on formulationand application in the field. Annual Social Entomology, 1999; 28(1).
12. Adriano RP, Caroline AT, Silva CP, Samuels RI. Susceptibility of adult female Aedes aegypti to the entomopathogenic fungi Metharizhium anisopliae in modified following blood feeding. Parasites and Vectors, 2011; (4):87-91.
13. Philani D. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi Dan Protein Dengan Kadar Immunoglobulin M (IgM) anti Phenolic Glycolipid-1 (PGL-1) Narakontak Serumah Penderita Kusta di Kota Semarang. Skripsi. Unpublished; 2005.
14. Tullubukhari, W. Takken and C. J.M. Koendraat. Development of Metharizium anisopliae and Beauveria bassiana formu-lation for control of malaria mosquito larvae. Parasites and Vectors, 2011; 4(23).
Hunt DWA, Borden JH, Rahe JE, Whitney HS. Nutrient-mediated germination of Beauveria bassiana conidia on the integument of the Bark Beetle Dentroctonuspordenosae. Jour-nal Invertebrate Pathology. 1984; 44:304-314.
16. Suryadi, Y, Priyanto TP, Samudera IM, Susilowati DN, Lawati N, Kustaman E. Pemurnian parsial dan karakterisasi kitina-se asal jamur entomopatogen Beauveria bas-siana Isolat BB200109. Jurnal AgroBiogen. 2013; Vol 9(2):77-84.
Published
2015-12-21
How to Cite
1.
Pradani F, Widawati M. Mortalitas Aedes albopictus akibat infeksi horizontal Beauveria bassiana dan aktivitas enzim Kitinase B. bassiana. ASP [Internet]. 21Dec.2015 [cited 7May2024];7(2):66-3. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/4513