Monitoring efikasi pengobatan kombinasi Artesunate- Amodiaquine (AAQ) pada penderita malaria Plasmodium falciparum tanpa komplikasi di Sulawesi Tenggara

Efficacy monitoring of Artesunate-Amodiaquine combination (AAQ) therapy for uncomplicated Plasmodium falciparum malaria in Southeast Sulawesi

  • Junus Widjaja Balai Litbang P2B2 Donggala
  • Hayani Anastasia, Balai Litbang P2B2 Donggala
  • Phetisya Pamela Frederika Sumolang Balai Litbang P2B2 Donggala
  • Leonardo Taruk Lobo Balai Litbang P2B2 Donggala
Keywords: Malaria, Plasmodium falciparum, Artesunate Amodiaquine (AAQ), Sulawesi Tenggara

Abstract

Abstrak. Malaria masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian terutama pada kelompok risiko tinggi seperti bayi, balita dan ibu hamil. Salah satu kendala dalam pemberantasan malaria adalah kegagalan pengobatan, karena resistensi parasit terhadap obat anti malaria. Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan daerah endemis malaria di Indonesia, selama tahun 2010 ditemukan 28.205 kasus malaria dan tahun 2011 ditemukan 32.040 kasus malaria dan sejak tahun 2004 telah menggunakan AAQ. Penelitian merupakan studi prospektif single-arm, parasitologis dan klinis, subyek diamati selama 28 hari untuk yang diobati dengan AAQ. Sampel paling banyak adalah laki-laki sebesar 89%, sedangkan perempuan sebesar 11%. Pada umumnya subyek penelitian berusia produktif sebesar 78% dan anak-anak 22%. Pengamatan selama 28 hari respon parasitologis sesudah pengobatan hari bebas parasit pada hari ke-2 (H2). Respon gametosida berupa hari bebas parasit ditemukan pada ke-3 (H3). Dianalisis dengan menggunakan lembar analisis pada Excel spreadsheet. Artesunate Amodiquine (AAQ) yang diberikan selama 3 hari pada penderita malaria Plasmodium falciparum tanpa komplikasi di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan respon baik yaitu respon parasitologis dan klinis yang memadai sebesar 100%.

References

1. Kementerian Kesehatan. Laporan Riskesdas 2010. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan; 2010.
2. Kementerian Kesehatan. Laporan Riskesdas 2013. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan; 2013, p.112.
3. Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal P2PL. Pedoman Pelaksanaan Kasus malaria di Indonesia; 2009.
4. Feachem RGA, Philips AA, Hwang J, Cotter C, Wielgosz B, Greenwood BM, Sabot O, Ridriques MH, Abeyasinghe RR, Ghebreyesus TA, Snow RW. Shrinking the malaria map: progress and prospects Lancet. 2010; 376: 1566-1578.
5. Tjitra E. Pengobatan Malaria dengan Kombinasi Artemisinin. In: Simposium Nasional Pengendalian Malaria, Surabaya, 29-30 Nov 2004.
6. Adjuik M, Agnamey P, Babiker A, Borrman S, Brasseur P, Cisse M. International Artemisinin Study Group. Artesunate combinations for treatment of malaria: Meta analysis. Lancet. 2004; 363:9-17.
7. Navaratnam V, Ramanathan S, Ab.MS, Hua GS, Mansor SM, Kiehel JR, et al. Torerability and pharmacikonetics of non-fixed and fixed dose combinations of artesunate and amodiaquine in Malaysia healthy normal volunteers. Eur J. Clin.Pahrmacol. 2009; 65: 809-821.
8. Asih PB, Dewi RM, Tuti S, Sadikin M, Sumarto W, Sinaga B et al, Efficacy of arteminsinin based combination therapy for treament of person with uncomplicated Plasmodium falciparum malaria in west Sumba District, East Nusa Tenggara Province, and genotypic profiles of the parasite. Am J. Trop.Med. Hyg. 2009; 80:914-918.
9. Bukirwa H, Yeka A, Kamya MR, Talisuna A, Banek, et al. Artemisinin Combination Therapies for treament of uncomplicated Malaria in Uganda. Plos.Clin Trial. 2006; 1(1):1-8
10. Gasem H. Pengalaman melaksanakan pengobatan amodiakuine artesune di Banjarnegara [Unpublished]. Pertemuan Penataksanaan kasus Malaria dan Monitoring Obat Anti Malaria; 3-6 November 2004; Bogor: Direktorat P2B2, Direktorat Jenderal PP&PL; 2004.
11. Sutanto I, Hasil sementara efikasi artesune+amodiakune dan SP di Kabupaten Sumba Timur [Unpublished]. Workshop Pemberantasan Malaria di daerah resisten klorokuin. 25-27 April, 2004, Jakarta: Direktorat P2B2, Direktorat Jenderal PPM&PL;2004.
12. Hasugian AR, Purba HLE, Kenangalem E, Wuwung RM, Ebsworth EP, Maristela R, et al. Dihydroartemisinin-piperaquine versus Artesunate-amodiaquine: superior efficacy and posttreatment prophylaxis against multidrug-resistant Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax malaria. Clin Inft Dis. 2007; 44: 1067-74.
13. Dinas Kesehatan Propinsi Sultra, Profil Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara; 2013.
14. Pandey AV, Tekwan BL, Singh RL, Chauh VS, Artemisinin and Endoperoxide Antimalarial Distrupts the Hemoglobin Catabolism and Heme Detoification System in malarial Parasite. Journal of Biol. Chem. 1999; 247(27).
15. Schlesinger P, Krogstad DJ, Herwald. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 1988; 32(6): 793-98
16. Santoso. Evaluasi Penggunaan Artesunat-Amodiaquin (Artesdiaquin) pada pengobatan Malaria tanpa komplikasi di Kabupaten OKU [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2010.
17. Manangsang F. Efikasi Artesdiaqune dan Kina+Doxycycline terhadap densitas parasit dan suhu pada penderita Malaria falciparum tanpa Komplikasi di Kabupaten Waropen Provinsi Papua [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada; 2007.
Published
2014-12-25
How to Cite
1.
Widjaja J, Anastasia, H, Sumolang P, Lobo L. Monitoring efikasi pengobatan kombinasi Artesunate- Amodiaquine (AAQ) pada penderita malaria Plasmodium falciparum tanpa komplikasi di Sulawesi Tenggara. ASP [Internet]. 25Dec.2014 [cited 1May2024];6(2):49-4. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/4530