Karakteristik Habitat Larva Nyamuk dan Kepadatan Nyamuk Dewasa (Diptera: Culicidae) di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali (Analisis Data Sekunder Rikhus Vektora 2017)

Habitat Characteristics of Mosquito Larvae and Density of Adult Mosquitoes (Diptera: Culicidae) in Jembrana Regency, Bali Province (Rikhus Vektora 2017 Secondary Data Analysis)

  • Tri Wahono Badan Riset dan Inovasi Nasional
  • dionisius widjayanto Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
  • Soenarwan Hery Poerwanto Universitas Gadjah Mada
Keywords: Aedes sp., Culex sp., Anopheles sp., karakteristik habitat, parameter air, kepadatan nyamuk, parameter lingkungan

Abstract

Abstrak. Nyamuk berperan langsung dalam penyebaran berbagai penyakit tular vektor di negara tropis. Tiga genus nyamuk utama penyebaran penyakit di Indonesia adalah Aedes, Culex, dan Anopheles. Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali merupakan daerah endemis untuk DBD, malaria maupun filariasis. Kabupaten Jembrana masih melaporkan kasus DBD dan malaria serta dalam tahap pemberian obat pencegahan massal filariasis pada tahun 2020. Pengendalian vektor nyamuk dipengaruhi berbagai hal seperti karakteristik habitat larvanya dan kepadatan nyamuk dewasa. Penelitian menggunakan data Rikhus Vektora 2017 di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali dengan melihat karakteristik habitat larva, pengukuran parameter air, dan kepadatan nyamuk dengan perhitungan Man Hour Density, serta pengukuran parameter lingkungan pada semua tipe ekosistem. Habitat larva Aedes sp. berupa genangan air tawar yang tidak bersentuhan dengan tanah; Culex sp. berupa
genangan air tawar bersentuhan dengan tanah; dan Anopheles sp. genangan air tawar-payau yang bersentuhan dengan tanah dengan parameter air yang berbeda, namun masih dalam rentang yang tidak jauh. Kepadatan nyamuk didominasi oleh Culex sp. di semua ekosistem kecuali pada ekosistem pantai dekat dengan pemukiman didominasi oleh Aedes sp. Semua nyamuk dewasa (Aedes sp., Culex sp., dan Anopheles sp.) di Kabupaten Jembrana lebih bersifat bersifat zoofilik. Perilaku semua nyamuk dewasa berbeda di setiap ekosistem, dapat bersifat endofagik maupun eksofagik. Parameter lingkungan di Kabupaten Jembrana memiliki
potensi untuk mendukung perkembangbiakan nyamuk.

References

1. Naseem S, Munir T, Faheem Malik M. Mosquito management: A review. J Entomol Zool Stud. 2016; 4: 73–79.
2. Agustin, Indira; Tarwotjo, udi; Rahadian R. Perilaku bertelur dan siklus hidup Aedes aegypti pada berbagai media air. J Biol. 2017; 6: 71–81.
3. Nurmaini. Identifikasi, vektor dan binatang pengganggu serta pengendalian Anopheles aconitus secara sederhana. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara: Medan.2003.
4. Foster WA, Walker ED. Mosquitoes (culicidae). Elsevier Inc.2018 doi:10.1016/B978-0-12-814043-7.00015-7.
5. Riyanti A, Saragih GM, Zahratu Qolbi NF. Analisis pengaruh kerapatan vegetasi ruang terbuka hijau (RTH) terhadap intensitas cahaya matahari dan suhu udara (studi kasus: Kota Jambi). J Daur Lingkung. 2021; 4: 21.
6. Hinne, I.A., S.K. Attah, B.A. Mensah, A.O. Forson YAA. Larval habitat diversity and Anopheles mosquito species distribution in different ecological zones in Ghana. Parasites Vectors. 2021; 14: 193.
7. Dida, G.O., F.B. Gelder, D.N. Anyona, P.O. Abuom, J.O. Onyuka, A.S. Matano SOA, C.K. Kanangire, P.O. Owuor, C. Ouma AVO. Presence and distribution of mosquito larvae predators and factors influencing their abundance along the Mara River, Kenya and Tanzania. Springerplus. 2015; 4: 136.
8. Sunarti MSAM. Kepadatan fitoplankton dan larva nyamuk Aedes albopictus pada tempat perindukan di Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda Aceh. J Biot. 2018; 6:1225–130.
9. Wahidah, Fitriatul F. Analysis of phytotelmata as breeding site Aedes spp. in Sidoarjo East Java. 2021; 6: 107–111.
10. Harviyanto IZ, Windraswara R. Lingkungan tempat perindukan nyamuk Culex quinquefasciatus di sekitar rumah penderita filariasis. Higeia J Public Heal Res Dev. 2017; 1: 131–140.
11. Fuadzy H. Rekayasa memberantas nyamuk Culex spp. (INSIDE vol 2) Ciamis Loka Litbang P2B2 Ciamis. 2007; : 23.
12. Rosmini, J.Y. Srikandi, Risti AN. Jenis-ienis habitat nyamuk Anopheles spp. di Kecamatan Labuan dan Kecamatan sindue Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. J Vektor Penyakit. 2013; 7: 1–8.
13. Mardiana; Perwitasari D. Habitat yang potensial untuk Anopheles vagus di Kecamatan labuan dan Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. J Ekol Kesehat. 2010; 9: 1139–1143.
14. Sugiarti S, Wahyudo R, Kurniawan B, Suwandi JF. Karakteristik fisik, kimia, dan biologi tempat perindukan potensial nyamuk Anopheles sp. di wilayah kerja Puskesmas Hanura. Medula. 2020; 10: 272–277.
15. Tallan MM, Mau F. Karakteristik habitat perkembangbiakan vektor filariasis di Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya. Aspirator - J Vectorborne Dis Stud. 2016; 8: 55–62.
16. Kawulur HSI, Ayomi I, Suebu M, Rokhmad MF, Pardi MR. Pengaruh faktor klimatik terhadap kepadatan nyamuk Anopheles farauti di ekosistem pantai dan rawa Provinsi Papua. J Biol Papua. 2019; 11: 72–79.
17. Mulyono A, S. Alfiah, E. Sulistyorini KSN. Hubungan keberadaan ternak dan lokasi pemeliharaan ternak terhadap kasus malaria di Provinsi NTT. J Vektora. 2013; 5: 73–77.
18. Nurnasari E; D. Pengaruh kondisi ketinggian tempat terhadap produksi dan mutu tembakau temanggung. Bul Tanam Tembakau, Serat Miny Ind. 2010; : 45–59.
19. Wirayoga MA. Hubungan kejadian demam berdarah dengue dengan iklim di Kota Semarang Tahun 2006-2011. Unnes J Public Heal. 2013; 2.
20. Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana. Profil Kesehatan Kabupaten Jembrana Tahun 2020. Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana: Jembrana.2021.
21. Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2019. Dinas Kesehatan Provinsi Bali: Bali.2020.
22. Supriyono; S. Tan; U.K. Hadi. Ragam spesies dan karakteristik habitat nyamuk di Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. Aspirator. 2019; 11: 19–28.
23. BPS. Kabupaten Jembrana Dalam Angka 2020. BPS Kabupaten Jembrana: Jembrana.2020.
24. Pemerintah Kabupaten Jembrana. Geografi dan Topografi. Pemerintah Kabupaten Jembrana: Jembrana.2021.
25. Kinansi RR. ZKNHM. Pemetaan penyakit yang disebabkan spesies nyamuk tertangkap di Kotabaru, Kalimantan Selatan dengan metode bipot. Bul Penelit Sist Kesehat. 2018; 21: 188–198.
26. Sayono, Qoniatun S, Mifbakhuddin. Pertumbuhan Larva Aedes aegypti pada Air Tercemar. J Kesehat Masy Indones. 2011; 7: 15–22.
27. Riandi MU, Hadi UK, Soviana S. Karakteristik habitat dan keberadaan larva Aedes spp. pada wilayah kasus demam berdarah dengue tertinggi dan terendah di Kota Tasikmalaya. Aspirator - J Vector-borne Dis Stud. 2017; 9: 43–50.
28. Listiono, H., Y. Rimbawati MA. Analisis lingkungan fisik dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti pada vegetasi perindukan daun pisang. J Heal Sci. 2021; 1:32–47.
29. Jacob, A., V.D. Pijoh GJPW. Ketahanan hidup dan pertumbuhan nyamuk Aedes spp pada berbagai jenis air perindukan. J e-Biomedik. 2014; 2.
30. Susanti, Suharyo. Hubungan lingkungan fisik dengan keberadaan jentik aedes pada area bervegetasi pohon pisang. Unnes J Public Heal. 2017; 6: 271–6.
31. Anggraini TS, Cahyati WH. Perkembangan Aedes aegypti pada Berbagai pH air dan salinitas air. Higeia J Public Heal Res Dev. 2017; 1: 1–10.
32. Agustina N, Arianto E. Hubungan kondisi lingkungan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di daerah endemis dbd di Kota Banjarbaru. Balaba. 2019; 15: 171–178.
33. Suryaningtyas NH, Margarethy I, Asyati D. Karakteristik habitat dan kualitas air terhadap keberadaan jentik Aedes spp di Kelurahan Sukarami Palembang. Spirakel. 2018; 9: 53–59.
34. Manik JR, Luma D, Kutani LF, Kailola J, Boleu FI. Karakteristik habitat perkembangbiakan Aedes aegypti di Desa Gosoma, Halmahera Utara, Indonesia. Biosf J Biol dan Pendidik Biol. 2020; 5: 31–36.
35. Saadah S. Analisis spasial indeks habitat dan karakteristik tempat perindukan larva Culex spp terhadap kejadian filariasis di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Universitas Diponegoro.2021.[thesis].p.
36. Felderika F Pandie. Studi karakteristik tempat perkembangbiakan jentik Anopheles Sp. di Desa Mata Air Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. 2019.[thesis].
37. Munif A. Nyamuk vektor malaria dan hubungannya dengan aktivitas kehidupan manusia di Indonesia. Aspirator. 2009; 1: 94–102.
38. Barredo E. MD. Not just from blood: Mosquito nutrient acquisition from nectar sources. Trends Parasitol. 2020; 20.
39. Ridha MR, Sembiring WRG. Perilaku menghisap darah dan perkiraan umur populasi di alam nyamuk potensial vektor filariasis di Desa Dadahup, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. J Vektor Penyakit. 2019; 13: 77–86.
40. Yahya, Pahlepi RI, Komaria RH, Asyati D, Oktavia S. Kepadatan dan keragaman spesies nyamuk di Desa Jagaraga Kecamatan Buana Pemaca dan Desa Sukajaya, Kecamatan Buay Rawan, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. J Vektor Penyakit. 2020; 14: 37–48.
41. Yotopranoto S. Dinamika populasi vektor pada lokasi dengan kasus demam berdarah dengue yang tinggi di Kotamadya Surabaya. Maj Kedokt Trop Indones. 1998; 9: 1–2.
42. Arsin AA. Malaria di Indonesia (Tinjauan Aspek Epidemiologi). Masagena Press: Makasar.2012.
43. Taviv Y, Budiyanto A, Sitorus H, Ambarita LP, Mayasari R. Sebaran nyamuk anopheles pada topografi wilayah yang berbeda di Provinsi Jambi. Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2015; 25: 1–8.
44. Yahya, Salim M, Santoso. Pengaruh faktor lingkungan terhadap distribusi spesies nyamuk terkonfirmasi virus Japanese Encephalitis di Sumatera Selatan. Vektora. 2018; 10: 13–24.
Published
2022-07-04
How to Cite
1.
Wahono T, widjayanto dionisius, Poerwanto S. Karakteristik Habitat Larva Nyamuk dan Kepadatan Nyamuk Dewasa (Diptera: Culicidae) di Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali (Analisis Data Sekunder Rikhus Vektora 2017). ASP [Internet]. 4Jul.2022 [cited 26Apr.2024];14(1):45-6. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/aspirator/article/view/5038