Maya Index dan Kepadatan Larva Aedes aegypti di Kota Ternate, Maluku Utara

  • Amalan Tomia Universitas Muhammadiyah Maluku Utara, Jalan KH. Ahmad Dahlan No.100, Kelurahan Sasa, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, Indonesia
  • Upik Kesumawati Hadi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan – Institut Pertanian Bogor, Jalan Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
  • Susi Soviana Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan – Institut Pertanian Bogor, Jalan Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
  • Elok Budi Retnani Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Fakultas Kedokteran Hewan – Institut Pertanian Bogor, Jalan Agatis Kampus IPB Darmaga, Bogor, Jawa Barat, Indonesia
Keywords: maya index, Aedes aegypti, Ternate City

Abstract

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is a contagious disease caused by the dengue virus and transmitted through the bite of Aedes aegypti. Information regarding larval habitat is very important for the control of Ae. aegypti. The studied aims to determine the density of Ae. aegypti larvae and maya index in Ternate City. The research conducted in 20 urban villages in Ternate City for 5 months. Survey method used was single larva and any water reservoirs were found larvae of Aedes spp.  will be taken as a sample. The purpose of this study to measure the density of Ae. aegypti larvae and maya index in Ternate City. The parameters calculated were Container Index (CI), Breteau Index (BI), House Index (HI), Density Figure (DF), and Maya Index. Based on maya index, 1.990 houses in 20 urban villages in Ternate City included in the medium risk category (78.64%) with CI (43.95%), HI (84.99%) and BI (228.91). Density figure in the high category (DF = 8.7). The study concluded that most of households in the area of study still have the potential for transmission of dengue virus infection.

References

1. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Situasi DBD di Indonesia. Jakarta;2016. ISNN. 2442-7659.

2. Dinas Kesehatan Kota Ternate. Profil kesehatan Kota Ternate. Ternate; 2017.

3. Azlina A, Adrial, Anas E. Hubungan tindakan pemberantasan sarang nyamuk dengan keberadaan larva vektor DBD di Kelurahan Lubuk Buaya. Jurnal Kesehatan Andalas.2016;5(1):221-7. doi: 10.25077/jka.v5.i1.p%25p.2016.

4. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; 2017.

5. Fatmawati T, Ngabekti S. dan Priyono B. Distribusi dan kelimpahan populasi Aedes spp. di Kelurahan Sukorejo Gunung Pati Semarang berdasarkan pelatakan ovitrap. Unnes J. Life Sci. 2014;3(2):130-8.

6. WHO. Panduan lengkap pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue. Jakarta: EGC; 2005.

7. Soedarto W. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever). Jakarta: Sagung Seto; 2012.

8. Sulistyorini E, Hadi UK, Soviana S. Faktor entomologi terhadap keberadaan jentik Aedes sp.. pada kasus DDBD tertinggi dan terendah di Kota Bogor. Jurnal MKMI.2016;12(3):137-47.

9. Satoto TBT, Umniyati SR, Astuti FD, Wijayanti N, Gavotte L, Devaux C, et al. Assesment of vertical dengue virus transmission in Ae. aegypti and serotype prevalence in Bantul,Indonesia. Asian Pac J Trop.2014;4(2):S563-8. doi: 10.1016/S2222-1808(14)60677-0.

10. Taslisia T, Rusjdi S R, Hasmiwati. Survei entomologi, maya indeks, dan status kerentanan larva nyamuk Aedes aegypti terhadap temephos. J. Kesehatan Andalas. 2018;7(1):33-41.

11. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman pengendalian demam berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.Dit.Jen.PP &PL;2015.

12. Lestari E, Sianturi CLJ, Hestiningsih R, Wuryanto MA. Kepadatan jentik vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) Aedes sp. di daerah endemis, sporadis dan potensial Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. BALABA. 2014;10(2):71-6.

13. Dhewantara P, Dinata A. Analisis risiko dengue berbasis maya index pada rumah penderita DBD di Kota Banjar tahun 2012. BALABA 2015;11(1):1-8.

14. Astuti EP, Prasetyowati H, Ginanjar A. Risiko penularan demam berdarah dengue berdasarkan maya indeks dan indeks entomologi di Kota Tangerang Selatan, Banten. Media Litbangkes.2016;26(4):211-8.

15. Sukendra D., Shidqon M A. Gambaran perilaku menggigit nyamuk Culex sp. se¬bagai vektor penyakit filariasis Wucher¬eria bancrofti. Pena Medika J. Kesehat¬an, 2016;6(1):19–3.

16. Pahlepi R.I, Soviana S, Elok Budi Retnani E.B. Kepadatan dan karakteristik habitat larva Aedes spp. di sekolah dasar daerah endemis DBD Kota Palembang. SPIRAKEL. 2017;9(2): 68-78.

17. Badriah S, Hidayah N. Hubungan antara tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti dengan kasus demam berdarah dengue di Kelurahan Penajam Kecamatan Penajam Kabupaten Penajam Paser Utara. J.Trop Pharm Chem. (Indonesia). 2011;1(2):153-60.

18. Nadifah F , Muhajir NF, Arisandi D, Lobo OMD. Identifikasi larva nyamuk pada tempat penampungan air di Padukuhan Dero Condong Catur Kabupaten Sleman. JKMA. 2016.;10(2): 172-8.
19. Santoso, Taviv Y, Mayasari R, Margarethy I, Wempi DSP. I Gede, Marini. The relationship between container characteristics and Aedes aegypti larvae on dengue hemorrhagic fever outbreak: a case study in Ogan Komering Ulu District. J.Vektor Penyakit. 2018;12(1):9–18.

20. Astuti P, Lustiyati ED. Hubungan kondisi lingkungan fisik terhadap tingkat kepadatan larva Aedes sp. di sekolah dasar wilayah Kecamatan Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan. 2018;9(3):216-25. doi: 10.26553/jikm.v9i3.314.

21. Widiarti, Setiyaningsih, R., Pratamawati, D.A. Implementasi pengendalian vektor DBD di Provinsi Jawa Tengah. J Ekol Kes. 2018;17(1): 20–30.

22. World Health Organization. Panduan lengkap pencegahan dan pengendalian dengue dan demam berdarah dengue. Jakarta: EGC; 2005.1-101.

23. Khairunisa U, Wahyuningsih NE, Hapsari. Kepadatan jentik nyamuk Aedes sp. (house index) sebagai indikator surveilans vektor demam berdarah dengue di Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2017; 5(5):906-10.

24. Maryanti E, Lesmana S.D, Triguna D, Plymoth M, Harmas W, Delly, Afiata, Mislindawati. Maya index dan kepadatan larva Aedes aegypti di daerah endemis demam berdarah dengue Kelurahan Labuh Baru Timur Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru. JIK. 2018;12(1):19-24.

25. Nofita E, Hasmiwati, Rusdji SR, Irawati N. Analysis of indicators entomology Aedes aegypti in endemic areas of dengue fever in Padang, West Sumatra, Indonesia. Int J. Mosq Res.2017;4(2):57–9.

26. Prasetyowati H, Astuti E.P, Hendri J, Fuadzy H. Risiko penularan DBD berdasarkan maya index dan key container pada rumah tangga kasus dan kontrol di Kota Bandung. BALABA. 2018;14(2):181-90.
Published
2019-11-25
How to Cite
1.
Tomia A, Hadi U, Soviana S, Retnani E. Maya Index dan Kepadatan Larva Aedes aegypti di Kota Ternate, Maluku Utara. blb [Internet]. 25Nov.2019 [cited 20Apr.2024];15(2):133-42. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/blb/article/view/1936
Section
Articles