Kepadatan Jentik Aedes Sp . Vektor Penular Demam Berdarah Dengue di Tiga Kabupaten Provinsi Kalimantan Tengah

  • Wening Widjajanti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit, Salatiga, Indonesia
Keywords: dengue haemorrhagic fever, larvae, Aedes sp

Abstract

Abstract
One of the health problems in Central Kalimantan Province is dengue hemorrhagic fever (DHF), because its incidence rate is above the target of the Ministry of Health. The indicator of dengue transmission is observed by the presence of Aedes sp larvae, as measured by the value of House Index (HI), Breteau Index (BI), Container Index (CI) and Larvae-Free Number (ABJ). The aim of this research is to determine the values of HI, BI, CI and ABJ in Gunung Mas, Murung Raya and Pulang Pisau Districts, so that the prevention of dengue transmission can be done properly. Data collected were the number of Aedes sp. larvae in 100 houses in residential areas both inside and outside the house. Results showed that HI values in the three regencies are higher than WHO standards, the values of BI in Gunung Mas and Pulang Pisau are ≥ 50. CI values in the three s are 5%, meaning that they are at a high risk of dengue transmission. ABJ values in the three districts are below the Ministry of Health standards, which is below 95%, meaning that there is still a spread of DHF in the three districts.

Keywords: dengue haemorrhagic fever, larvae, Aedes sp.

Abstrak

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan di Provinsi Kalimantan Tengah, karena angka kesakitannya yang berada di atas target Kementerian Kesehatan. Indikator penularan DBD diamati dengan keberadaan jentik Aedes sp, yang diukur dengan House Index (HI), Breteau Index (BI), Container Index (CI) dan Angka Bebas Jentik (ABJ). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai HI, BI, CI dan ABJ di Kabupaten Gunung Mas, Murung Raya dan Pulang Pisau sehingga pencegahan penularan DBD dapat dilakukan dengan tepat. Data yang dikumpulkan berupa jumlah jentik nyamuk Aedes sp. dari 100 rumah di pemukiman penduduk baik yang ada di dalam maupun di luar rumah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai HI di Kabupaten Gunung Mas, Murung Raya dan Pulang Pisau lebih tinggi dari standar WHO. Nilai BI di Gunung Mas dan Pulang Pisau ≥ 50. Nilai CI di ketiga kabupaten ≥5%, yang artinya memiliki risiko tinggi terjadinya penularan DBD. Nilai ABJ di ketiga kabupaten di bawah standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan, yaitu dibawah 95%, yang artinya masih terjadi penyebaran DBD di ketiga wilayah tersebut.

Kata kunci: demam berdarah dengue, jentik, aedes sp.

References

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan; 2019.

Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah. Profil Kesehatan Provinsi 10. Tropical Public Health Unit Queensland Health. Queensland Dengue Management Plan (DMP) 2010-2015. Dwyer S, editor. Quensland: Communicable Diseases Branch; 2011. Kalimantan Tengah Tahun 2017. Palangka Raya : Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah; 2018.

World Health Organization (WHO) Regional Office for South-East Asia. Dengue: guidelines for diagnosis, treatment, prevention, and control. Spec Program Res Train Trop Dis. 2009;147

Pramestuti N, Widiastuti D, Raharjo J. Transmisi Transovari Virus Dengue pada Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus di Kabupaten Banjarnegara. J Ekol Kesehat. 2013;12(3):187–94.

Seran MD, Prasetyowati H. TRANSMISI TRANSOVARIAL VIRUS DENGUE PADA TELUR NYAMUK AEDES AEGYPTI (L.). Aspirator. 2012;4(2):53–8.

Fuadzy H, Hendri J. Indeks Entomologi dan Kerentanan Larva Aedes aegypti terhadap Temefos di Kelurahan Karsamenak Kecamatan Kawulu Kota Tasikmalaya. J Vektora. 2015;2(7):57–64.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. Pedoman Pengumpulan Data Vektor (Nyamuk) di Lapangan - Riset Khusus Vektor dan Reservoir Penyakit di Indonesia. Salatiga: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit; 2016.

Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017.

WHO. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue and dengue haemorrhagic fever Revised and expanded edition [Internet]. WHO Regional Publication SEARO. India; 2011. 159–168 p. Available from: http://scholar.google.com/scholar?hl=en&btnG=Search&q=intitle:Comprehensive+Guidelines+for+Prevention+and+Control+of+Dengue+and+Dengue+Haemorrhagic+Fever#1

Tropical Public Health Unit Queensland Health. Queensland Dengue Management Plan (DMP) 2010-2015. Dwyer S, editor. Quensland: Communicable Diseases Branch; 2011.

Dirjen P2PL Kemenkes RI. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue [Internet]. Kementerian Kesehatan. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2011. Available from: www.kemenkes.go.id. Diunduh tanggal 30 April 2018.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit. Laporan Akhir Riset Khusus Vektor dan Reservoir Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2017. Salatiga : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit; 2017.

Weissenböck H, Hubálek Z, Bakonyi T, Nowotny N. Zoonotic mosquito-borne flaviviruses: Worldwide presence of agents with proven pathogenicity and potential candidates of future emerging diseases. Vet Microbiol. 2010;140(3–4):271–80.

Widiarti, Heriyanto B, Boewono DT, Widyastuti U, Mujiono, Lasmiati, et al. Peta Resistensi Vektor Demam Berdarah Dengue Aedes aegypti terhadap Insektisida Kelompok Organofosfat, Karbamat dan Pyrethroid di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Bul Penelit Kesehat. 2011;39(N0.4):176–89.

Pant CP, Self LS. Vector Ecology and Bionomics. In: Thongcharoen P, editor. Monograph on Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever. Regional P. New Delhi: World Health Organization; 1993. p. 121–38.

Minhas S, Sekhon H. Entomological Survey for Dengue Vector in an Institutional Campus to Determine Whether Potential of Dengue Outbreak Exixts. Int J Med Appl Sci. 2013;2(4):164–71.

Sunaryo, Pramestuti N. Surveilans Aedes aegypti di Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue. J Kesehat Masy Nas. 2014;8(8):423– 9.

Suroso T. Situasi Epidemiologi Dan Program Pemberantasan DBD Di Indonesia. In: Seminar Kedokteran Tropis Kajian KLB Demam Berdarah Dengue Dari Biologi Molekuler Sampai Pemberantasannya. D.I. Yogyakarta: Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2004.

Sambuaga JVI. Status Entomologi Vektor DEmam Berdarah Dengue di Kelurahan Perkamil Kecamatan Tikala Kota Manado Tahun 2011. J Kesehat Lingkung. 2011;1 No. 1:54–61.

Wilder-Smith A, Gubler DJ. Geographic Expansion of Dengue: The Impact of International Travel. Med Clin North Am. 2008;92(6):1377–90.

ivagnaname N, Gunasekaran K. Need for an efficient adult trap for the surveillance of dengue vectors. Indian J Med Res. 2012;136(5):739–49.

Zulkarnaini, Siregar YI, Dameria. Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah Tangga dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue di Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue Kota Dumai Tahun 2008. J Environ Sci [Internet]. 2009;2(3):115–24. Available from: http://ejournal.unri.ac.id/index.php/JIL/article/download/324/318

Taviv Y, Saikhu A, Hotnida Sitor. Pengendalian DBD melalui pemanfaatan pemantau jentik dan ikan cupang di Kota Palembang. Bul Penelit Kesehat. 2010;38(4):198–207.

Soegijanto S. Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Universitas Airlangga; 2004.

Trapsilowati W, Mardihusodo SJ, Prabandari YS, Mardikanto T. Pengembangan Metode Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang Provinsi Jawa Tengah. Bul Penelit Sist Kesehat. 2015;18(123):95–103.

Published
2020-07-29
How to Cite
1.
Widjajanti W. Kepadatan Jentik Aedes Sp . Vektor Penular Demam Berdarah Dengue di Tiga Kabupaten Provinsi Kalimantan Tengah. bpk [Internet]. 29Jul.2020 [cited 19Apr.2024];48(2):83-0. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/bpk/article/view/2593
Section
Articles