Gambaran in vitro Resistensi Penisilin dan Tetrasiklin pada Isolat Neisseria gonorrhoeae dari Beberapa Wilayah Indonesia

Abstract

 

Abstract

 Neisseria gonorrhoeae is the etiology of gonorrhoeae infection, a sexual transmitted infection, the third most frequent infection after Trichomoniasis and Chlamydia. Almost all antibiotics that had been recommended for gonorrhea therapy already resistant.  Although Penicillin and Tetracycline. As much as 189 N. gonorrhoeae isolated from female sex worker (FSW) in 3 cities in Indonesia, East Jakarta, Tangerang, and Palembang. Isolates was cultured and identified based on conventional method: macroscopic and microscopic colony examination, oxidase, catalase, and carbohydrate fermentation. Antimicrobial susceptibility testing used E test and Nitrocefin test to obtain penicillinase-producing Neisseria gonorrhoeae (PPNG). There are 115 (60,8%) PPNG-TRNG isolates, 45 (23,8%) are PPNG, 8 (4,2%) isolates are CMRNG, 12 (6,3%) isolates are TRNG, and 2 (1,1%) isolates are TetR. Only 7 isolates (3,7%) susceptible to penicillin as well as tetracycline. Thirty two out of 160 isolates are PPNG positive that have Penicilline MIC > 2, so we can predict that there are 2 mehanisms of resistancy, chromosomal and plasmid mediated. Based on city of origin isolates, bacterial resistance to penicillin varies between 64 (Palembang) to 98% (Jakarta and Banten), as well as resistance to tetracyclines varies between 67 (Palembang) to 80% (Jakarta). The conclusion of this study is N. gonorrhoeae resistance to antibiotics penicillin and tetracyclines quite high in all regions and Jakarta has the highest resistance. The resistance mainly mediated by plasmid.

 Keywords:  Neisseria gonorrhoeae, penicillin, resistance, tetracycline

Abstrak

 Neisseria gonorrhoeae merupakan agen penyebab penyakit gonore, yaitu suatu penyakit infeksi menular seksual (IMS) tersering ketiga setelah Trichomoniasis dan infeksi Chlamydia. Meskipun Penisilin dan Tetrasiklin tidak lagi direkomendasikan untuk pengobatan gonore, namun penggunaan kedua jenis antibiotik tersebut untuk pengobatan GO masih banyak dijumpai di masyarakat, khususnya para pasien yang melakukan pengobatan sendiri. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran pola resistensi N. gonorrhoeae terhadap antibiotik Penisilin dan Tetrasiklin di beberapa wilayah Indonesia tahun 2012. Sampel penelitian terdiri dari 189 isolat bakteri N. gonorrhoeae yang berhasil diisolasi dari wanita penjaja seks (WPS) dari 3 wilayah Indonesia, meliputi Jakarta, Tangerang, dan Palembang. Uji kepekaan terhadap antibiotik menggunakan metode E-test dan tes Nitrocefin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 189 isolat, 115 (60,8%) isolat masuk dalam kriteria PPNG-TRNG, 45 (23,8%) isolat masuk kriteria PPNG, 8 (4,2%) isolat masuk kriteria CMRNG, 12 (6,3%) masuk kriteria TRNG dan 2 (1,1%) isolat TetR. Hanya 7 (3,7%) isolat yang peka terhadap kedua jenis antibiotik tersebut. Sebanyak 32 dari total 160 isolat dengan PPNG positif memiliki nilai Minimal Inhibitory Concentration (MIC) >  2 untuk antibiotik Penisilin sehingga dapat diprediksi bahwa pada ke-32 isolat tersebut terdapat 2 mekanisme resistensi sekaligus, yaitu kromosomal dan juga diperantarai plasmid. Berdasarkan daerah asal isolat, resistensi bakteri terhadap Penisilin bervariasi antara 64% (Palembang) sampai dengan 98% (Tangerang dan Jakarta), begitu juga resistensi terhadap Tetrasiklin bervariasi antara 67 (Palembang) sampai dengan 80% (Jakarta). Oleh karena itu, disimpulkan bahwa resistensi N. gonorrhoeae terhadap Penisilin dan Tetrasiklin bervariasi antar daerah, tertinggi di Jakarta dan mekanisme resistensi terutama diperantarai oleh plasmid.

 Kata kunci:  Neisseria gonorrhoeae, resistensi, Penisilin, Tetrasiklin