SITUASI FILARIASIS SETELAH PENGOBATAN MASSAL TAHUN KETIGA DI KABUPATEN MAMUJU UTARA

  • jek managerxot
  • Made Agus Nurjana
  • Sitti Chadijah
  • Ni Nyoman Veridiana
  • Octaviani Octaviani
  • Hayani Anastasia
  • Rosmini Rosmini
  • Mujiyanto Mujiyanto
  • Leonardo Taruk Lobo
Keywords: filariasis, Pengobatan massal, Kabupaten Mamuju Utara

Abstract

Program pengobatan massal filariasis telah dilakukan selama tiga tahun berturut-turut di Kabupaten
Mamuju Utara, namun penilaian terhadap keberhasilan pelaksanaan pengobatan tersebut belum pernah
dilakukan. Untuk mengetahui perubahan situasi filariasis serta perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku
masyarakat pasca tiga tahun pelaksanaan pengobatan massal, telah dilakukan Survei Darah Jari (SDJ) dan
wawancara pada masyarakat setempat dari bulan Maret sampai dengan November 2015. Survei darah jari
dilakukan di dua desa terpilih pada masyarakat yang berusia lima tahun keatas (≥ 5 tahun), dan wawancara
dilakukan pada masyarakat di 30 desa terpilih yang berusia lima belas tahun keatas (≥ 15 tahun). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa angka microfilaria rate di Kabupaten Mamuju Utara sebesar 1,39%,
dengan spesies Brugia malayi. Hasil wawancara terhadap 1.586 responden menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang penyakit filariasis dan kegiatan pengobatan massal masih rendah, demikian halnya
dengan perilaku masyarakat terkait pencegahan dan konsumsi obat massal. Sebaliknya masyarakat
cenderung bersikap positif terhadap kegiatan pencegahan, pengendalian dan pengobatan filariasis. Angka
microfilaria rate yang masih diatas 1% (≥1%), serta pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang penyakit
filariasis dan perilaku masyarakat terkait pencegahan dan konsumsi obat massal masih kurang, hal ini
menunjukkan pelaksanaan POMP belum menunjukan hasil seperti yang diharapkan. Disarankan kegiatan
pengobatan massal filariasis di Kabupaten Mamuju Utara masih perlu dilanjutkan sampai dengan lima
tahun, sesuai dengan prosedur dan dilakukan pemantauan yang ketat terhadap daerah dengan kasus kronis
dan positif mikrofilaria.

References

Anorital, and Rita Marleta Dewi. 2004. “Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Penderita Filariasis Malayi Selama Pelaksanaan Pengobatan Di Kabupaten Tabalong Kalsel.” Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan 14 (4): 42–50.

Cengiz, Nurcan, Lütfü Savaş, Yasemin Uslu, and Ali

Anarat. 2006. “Filariasis in a Child from Southern Turkey : A Case Report.” The Turkish Journal of Pediatrics 48: 152–54.

Chadijah, Sitti, Jastal, Rosmini, Ningsi, Ni Nyoman

Veridiana, and Puryadi. 2011. “Studi Epidemiologi Filariasis Dan Periodisitas Cacing Filaria Di Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2011.” Donggala.

Creasoft. 2008. “Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.” https://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/pe nyuluhan-kesehatan-masyarakat/.

Departemen Kesehatan RI. 2008a. Pedoman

Pengobatan Massal Filariasis. Jakarta: Sub Direktorat Filariasis dan Schistosomiasis, Direktorat P2B2, Ditjen PPM & PLP.

———. 2008b. Pedoman Program Eliminasi Filariasis

Di Indonesia. Jakarta: Sub Direktorat Filariasis dan Schistosomiasis, Direktorat P2B2, Ditjen PPM & PLP.

Dinkes Kabupaten Mamuju Utara. 2014. “Situasi

Filariasis Di Mamuju Utara.” Pasangkayu.

Dreyer, Gerusa, Jose Figueredo-silva, Katia Carvalho, Fernando Amaral, and Eric A. Ottesen. 2001. “Lymphatic Filariasis in Children: Adenopathy and Its Evolution in Two Young Girls.” Am. J. Trop. Med. Hyg 65 (3): 204–7.

Garjito, Triwibobo Ambar, Jastal, Rosmini, Hayani Anastasia, Yuyun Srikandi, and Yudith Labatjo. 2013. “Filariasis Dan Beberapa

Faktor Yang Berhubungan Dengan Penularannya Di Desa Pangku-Tolole, Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi- Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah.” Jurnal

Vektora 5 (2): 54–65.

Hendrie, Christine. 2009. “Prevalensi IgG4 Dengan Brugia Rapid Pada Anak Sekolah Dasar Setelah Lima Tahun Eliminasi Di Daerah

Brugia Timori, Pulau Alor Nusa Tenggara

Timur.” Universitas Indonesia.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Rencana Nasional

Program Akselerasi Eliminasi Filariasis Di Indonesia. Jakarta: Sub Direktorat Filariasis dan Schistosomiasis, Direktorat P2B2, Ditjen PPM & PLP.

———. 2012. Pedoman Program Eliminasi Filariasis Di Indonesia. Jakarta: Sub Direktorat Filariasis dan Schistosomiasis, Direktorat P2B2, Ditjen PPM & PLP.

Lemeshow, Stanley, David W Hosmer Jr, Janelle Klar, and Stephen K Lwanga. 1993. Adequacy of Sample Size in Health Studies. England: John Wiley & Sons Ltd.

Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri

Kesehatan Repubik Indonesia Nomor 94

Tahun 2014, Tentang Penanggulangan

Filariasis. Indonesia.

Mukhopadhyay, A K, S K Patnaik, P Satya Babu, and K N M B Rao. 2008. “Knowledge on Lymphatic Filariasis and Mass Drug Administration ( MDA ) Programme in Filaria Endemic Districts of Andhra Pradesh , India.” Jurnal Vector Borne Disease 45: 73–

Nujum, Zinia T, Leela Itty Amma KR, Jeesha C Haran, Krishnapilla Vijayakumar, Sreelal

Thekkumara Prabhakaran, and Sajna Arif

Noushad. 2014. “Need for a Differential

Criteria to Stop Mass Drug Administration , Based on an Epidemiological Perspective of

Lymphatic Filariasis in Thiruvananthapuram

, Kerala , I Ndia.” Asian Pacific Journal of Tropical Disease 4 (Suppl 1): S186–93. doi:10.1016/S2222-1808(14)60437-0.

Nurjana, Made Agus, Ningsi, Puryadi, Hayani Anastasia, Rosmini, Triwibowo Ambar Gardjito, and Yudith Labatjo. 2010. “Prevalensi Dan Pengetahuan, Sikap,

Perilaku Masyarakat Terhadap Filariasis Di Wilayah Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2009.” Jurnal Vektor Penyakit 4 (1): 30–44.

Ompusunggu, Sahat M, Sekar Tuti, and Armedy Ronny Hasugian. 2008. “Endemisitas Filariasis Dengan Lama Pegobatan Massal Berbeda.” Majalah Kedokteran Indonesia 58 (11): 413–

Purwantyastuti. 2010. “Filariasis Di Indonesia: Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) Filariasis.” Buletin Jendela Epidemiologi 1:

–19.

Santoso, A Saikhu, Y Taviv, R.D Yuliani, Rika Mayasari, and Supardi. 2008. “Kepatuhan Masyarakat Terhadap Pengobatan Massal

Filariasis Di Kabupaten Belitung Timur

Tahun 2008.” Buletin Penelitian Kesehatan

(4): 192–204.

Touré, Seydou, Yaobi Zhang, Elisa Bosqué-oliva, Césaire Ky, Amado Ouedraogo, Artemis

Koukounari, Albis F Gabrielli, Bertrand

Sellin, P Webster, and Alan Fenwick. 2008.

“Two-Year Impact of Single Praziquantel

Treatment on Infection in the National Control Programme on Schistosomiasis in Burkina Faso.” Buletin of the World Health Organization 86 (10): 780–88. doi:10.2471/BLT.07.048694.

World Health Organization. 2016. “Steps in Applying

Probability Proportional to Size (PPS) and Calculating Basic Probability Weights.” Accessed February 5. http://www.who.int/tb/advisory_bodies/impa ct_measurement_taskforce/meetings/prevalen ce_survey/psws_probability_prop_size_bierr enbach.pdf.

———. 2011. Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (A Manual for Elimination Programmes). Prancis.

Yahya, and Santoso. 2013. “Studi Endemisitas Filariasis Di Wilayah Kecamatan Pemayung, Kabupaten Batanghari Pasca Pengobatan Massal Tahap II.” Buletin Penelitian Kesehatan 41 (1): 18–25.

Published
2018-10-24
How to Cite
managerxot, jek, Nurjana, M., Chadijah, S., Veridiana, N., Octaviani, O., Anastasia, H., Rosmini, R., Mujiyanto, M. and Lobo, L. (2018) “SITUASI FILARIASIS SETELAH PENGOBATAN MASSAL TAHUN KETIGA DI KABUPATEN MAMUJU UTARA”, JURNAL EKOLOGI KESEHATAN, 16(2), pp. 93-103. doi: 10.22435/jek.16.2.361.93-103.