TINGKAT PENULARAN KASUS DENGUE BERDASARKAN KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Aedes sp DI KECAMATAN MUSTIKAJAYA, KOTA BEKASI

  • Rina Marina Puslitbang Upaya Kesehatan Masyarakat, Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI
  • Ema Hermawati Universitas Indonesia
Keywords: Dengue, larvae, habitat, Aedes sp., Dengue, larva, habitat, Aedes sp.

Abstract

ABSTRACT

The cycle of dengue virus transmission is influenced by the interaction between humans, dengue virus, vector (mosquito), and the environment. Density of Aedes sp. larvae can affect the transmission status of DHF cases. The research was conducted to determine the relationship between the characteristics of the larval density of Aedes sp. This is an observational with a cross sectional study design, with a total sample of 280 households. The results showed that for regions with high DHF transmission, entomology indices showed House Index (HI), Container Index (CI), Bretau Index (BI) and Density Figure (DF) respectively were 36%, 20%, 54 with density figures at high risk of transmission. In areas with low DHF transmission, the figure is 19%, 8%, 24, and the density figures at moderate risk of transmission. Characteristic factors of containers in areas with high transmission status that can affect the presence of Aedes sp. larvae are species (p = 0.00; OR = 12.26), location (p = 0.00; OR = 5.05) and ingredients (p = 0.00; OR = 2.9), whereas in the low transmission region are types (p = 0.01; OR = 15.15), color (p = 0.00; OR = 4.29) and ingredients (p = 0.00; OR = 4.05). It can be concluded that abandoned containers have a great chance to become habitat for Aedes sp. larvae which can contribute to the transmission of dengue virus. There is a need for community participation, which is supported by community leaders and cross-sectoral officers, to properly manage outdoors and neglected containers so they do not have the chance to become larval habitats.

Keywords: Dengue, larvae, habitat, Aedes sp.

 

ABSTRAK

Siklus penularan virus dengue dipengaruhi oleh interaksi antara manusia, virus dengue, vektor (nyamuk), dan lingkungan. Kepadatan dari larva Aedes sp. dapat mempengaruhi status transmisi kasus DBD. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik dengan kepadatan larva Aedes sp. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan studi potong lintang, dengan total sampel sebanyak 280 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan untuk wilayah dengan transmisi DBD tinggi, indeks entomologi berturut-turut menunjukkan House Indeks (HI), Container Index (CI), Bretau Index (BI) dan Density Figure(DF) adalah 36%, 20%, 54 dengan kategori density figure pada risiko penularan tinggi. Pada wilayah dengan transmisi DBD rendah menunjukkan angka 19%, 8%, 24, dan density figure pada risiko penularan sedang. Faktor-faktor karakteristik dari kontainer pada wilayah dengan status transmisi tinggi yang dapat mempengaruhi keberadaan larva Aedes sp. adalah jenis (p=0,00; OR=12,26), letak (p=0,00; OR=5,05) dan bahan (p=0,00; OR=2,9), sedangkan pada wilayah transmisi rendah adalah jenis (p=0,01; OR=15,15), warna (p=0,00; OR=4,29) dan bahan (p=0,00; OR=4,05). Dapat disimpulkan bahwa kontainer yang terbengkalai berpeluang besar menjadi habitat larva Aedes sp. yang dapat berkontribusi terjadinya transmisi virus dengue. Diperlukan adanya peran serta masyarakat, yang didukung oleh tokoh masyarakat dan petugas lintas sektor, untuk mengelola dengan baik kontainer-kontainer di luar rumah dan terbengkalai agar tidak berpeluang menjadi habitat larva.

Kata kunci: Dengue, larva, habitat, Aedes sp

References

Budiyanto, A. (2012) “Perbedaan warna kontainer berkaitan dengan keberadaan jentik Aedes aegypti di Sekolah Dasar,” Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 1(2), hal. 65–71.
Darwin, A., Pujiyanti, A. dan Heriyanto, B. (2013) “Model Pengendalian Terpadu Vektor Demam Berdarah Dengue di Kota Salatiga,” Jurnal Vektora, V(1), hal. 1–6.
Depkes (2003) Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue : Terjemahan dari WHO Regional Publication Searo No. 29, “Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever.” Diedit oleh T. Suroso et al. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Dhewantara, P. W. dan Dinata, A. (2015) “Analisis Risiko Dengue Berbasis Maya Index Pada Rumah Penderita DBD di Kota Banjar Tahun 2012,” Balaba, 11(01), hal. 1–8.
Dinas Kesehatan Kota Bekasi (2017) Laporan Kasus DBD Tahun 2014 - 2016 Kota Bekasi. Bekasi.
Ditjen P2P (2017) Laporan Program Subdit Arbovirosis : Data Kasus DBD berdasarkan Kab/Kota di Indonesia Tahun 2011 - 2016. Kemenkes RI - Jakarta.
Dom, N. C. et al. (2013) “Assessing the Risk of Dengue Fever Based On the Epidemiological, Environmental and Entomological Variables,” Procedia - Social and Behavioral Sciences. Elsevier B.V., 105, hal. 183–194. doi: 10.1016/j.sbspro.2013.11.019.
Dom, N. C., Ahmad, A. H. dan Ismail, R. (2013) “Habitat Characterization of Aedes sp. Breeding in Urban Hotspot Area,” Procedia - Social and Behavioral Sciences. Elsevier B.V., 85, hal. 100–109. doi: 10.1016/j.sbspro.2013.08.342.
Ermayana, D., Ishak, H. dan Hakim, B. H. (2015) “Effect of Ovitrap Modification and Attractant Substances to the Mosquito Aedes sp. Density base on the Endemicity in Makassar City,” International journal of sciences Basic and Applied Research, 24(3), hal. 236–243.
Farnesi, L. C. et al. (2018) “The influence of a light and dark cycle on the egg laying activity of Aedes aegypti ( Linnaeus, 1762 ) (Diptera : Culicidae),” Mem Inst Oswaldo Cruz, 113(4), hal. 4–9. doi: 10.1590/0074-02760170362.
Gafur, A. dan Saleh, M. (2015) “Hubungan Tempat Penampungan Air dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Perumahan Dinas Type E Desa Motu Kecamatan Baras Kabupaten Mamuju Utara,” Higiene, 1(2), hal. 92–99.
Guzman, M. G. dan Harris, E. (2015) “Dengue,” The Lancet, 385(9966), hal. 453–465. doi: 10.1016/S0140-6736 (14) 60572 - 9. Seminar.
Lemeshow, S. et al. (1997) Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Edisi 1. Diedit oleh H. Kusnanto. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Madzlan, F. et al. (2016) “Breeding Characteristics of Mosquitoes in Dengue Risk Area,” Procedia - Social and Behavioral Sciences. The Author(s), 234, hal. 164–172. doi: 10.1016/j. sbspro. 2016. 10.231.
Mazine, C. A. B. et al. (1996) “Disposable containers as larval habitats for Aedes aegypti in a city with regular refuse collection: A study in Marilia, Sao Paulo State, Brazil,” Acta Tropica. Elsevier Science B.V. All rights reserved, 62(1), hal. 1–13. doi: 10.1016/S0001 - 706X (96) 00013-7.
Promprou, S., Jaroensutasinee, M. dan Jaroesutasinee, K. (2007) “High and Low Risk Dengue Haemorrhagic Fever Areas Affecting Key Breeding Place of Aedes aegypti (L.) and Ae. albopictus (Skuse) in Nakhon Si Thammarat, Southern Thailand,” Walailak J Sci & Tech, 4(1), hal. 9–22.
Riandi, M. U., Hadi, U. K. dan Soviana, S. (2017) “Karakteristik Habitat dan Keberadaan Larva Aedes sp. pada Wilayah Kasus Demam Berdarah Dengue Tertinggi dan Terendah di Kota Tasikmalaya,” Aspirator, 9(1), hal. 43–50.
Sari, I. P. dan Nofita, E. (2017) “Artikel Penelitian Hubungan Kepadatan Larva Aedes sp. dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Kota Padang,” Jurnal Kesehatan Andalas, 6(1), hal. 41–48.
Sari, P., Martini dan Ginanjar, P. (2012) “Hubungan Kepadatan Jentik Aedes sp dan Praktik PSN dengan Kejadian DBD di Sekolah Tingkat Dasar di Kota Semarang,” Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), hal. 413–422.
Service, M. (1993) Mosquito Ecology Field Sampling Methods. London: Chapman and Hall.
Sucipto, P. T. dan Raharjo, M. (2015) “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Jenis Serotipe Virus Dengue di Kabupaten Semarang,” Jurnal Kesling Indonesia, 14(2), hal. 51–56. doi: 10.3389/fphys.2015.00151.
Sumarmo (1987) “Dengue Haeomorrhagic Fever in Indonesia,” Southeast Asian J Trop Med Public Health, 18, hal. 269–74.
Tambunan, H. N. R. (2013) Faktor Lingkungan Dan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Daerah Endemis Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu Tahun 2012. Universitas Gadjah Mada. Tersedia pada: http://etd.repository. ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id =67427 (Diakses: 6 Desember 2017).
Wahyudi, R. I., Ginanjar, P. dan Saraswati, L. D. (2013) “Pengamatan Keberadaan Jentik Aedes sp. Pada Tempat Perkembangbiakan dan PSN DBD Di Kelurahan Ketapang (Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas Ketapang Dua),” Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 2(2).
WHO (2014) World Health Day 2014: WHO Highlights on Preventing Dengue, Malaria, Other Vector-Borne Diseases. US ed. International Business Times.
Wongkoon, S., Jaroensutasinee, M. dan Jaroensutasinee, K. (2005) “Locations and Religious Factors Affecting Dengue Vectors in Nakhon Si Thammarat, Thailand,” Walailak J Sci Tech, 2(1), hal. 47–58.
Zuhriyah, L., Baskoro, T. dan Kusnanto, H. (2016) “Efektifitas Modifikasi Ovitrap Model Kepanjen untuk Menurunkan Angka Kepadatan Larva Aedes aegypti di Malang,” Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29 (2), hal. 157–164. doi: 10.21776/ub. jkb.2016.029.02.10.
Published
2018-10-16
How to Cite
Marina, R. and Hermawati, E. (2018) “TINGKAT PENULARAN KASUS DENGUE BERDASARKAN KARAKTERISTIK HABITAT LARVA Aedes sp DI KECAMATAN MUSTIKAJAYA, KOTA BEKASI”, JURNAL EKOLOGI KESEHATAN, 17(2), pp. 105-113. doi: 10.22435/jek.17.2.99.105-113.