http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/issue/feed JURNAL EKOLOGI KESEHATAN 2022-03-10T08:32:59SE Asia Standard Time Jusniar Ariati yusniarariati@yahoo.com Open Journal Systems <!-- Go to www.addthis.com/dashboard to customize your tools --> <p><strong>Jurnal Ekologi Kesehatan.</strong><br><a href="http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/">http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/</a> <br><br>ISSN media cetak: 1412-4025<br>ISSN media elektronik: 2354-8754<br><br> Jurnal Ekologi Kesehatan in <a href="https://app.dimensions.ai/discover/publication?or_facet_journal=jour.1019487&amp;search_mode=content&amp;search_text=jurnal%20ekologi%20kesehatan&amp;search_type=kws&amp;search_field=full_search&amp;or_facet_source_title=jour.1285084" target="_blank" rel="noopener">Dimensions</a><br> Jurnal Ekologi Kesehatan in <a href="https://doaj.org/toc/2354-8754" target="_blank" rel="noopener">DOAJ</a> <br>Jurnal Ekologi Kesehatan in <a href="http://scholar.google.com/citations?user=4a_eUIEAAAAJ&amp;hl=en">Google Scholar</a> <br>Jurnal Ekologi Kesehatan in <a href="https://scholar.google.com/citations?hl=en&amp;view_op=list_hcore&amp;venue=lksnMpqHP7AJ.2016">Google Scholar Metrics</a> <br><br> <strong><em>Accreditation Number (<a href="http://pusbindiklat.lipi.go.id/pembinaan-peneliti/akreditasi-majalah/" target="_blank" rel="noopener">LIPI</a>):&nbsp;762/AU1/P2MI-LIPI/10/2016<br>Ristekdikti Accreditation:&nbsp;30/E/KPT/2018, 24 Oktober 2018. Available in&nbsp;&nbsp;<a href="http://sinta2.ristekdikti.go.id/journals/detail?id=21" target="_blank" rel="noopener">Sinta</a><br></em></strong><br>Jurnal Ekologi Kesehatan is media information and research results and development of ecological health and public health program managers, as well as a means of communication the researchers / managers / interest in the field of ecological health. The journal is published by the Center for Public Health Interventions Technology, published 3 times a year. <br><br>See Google Scholar Profile for The Journal of Health Ecology by <a href="http://scholar.google.com/citations?user=4a_eUIEAAAAJ&amp;hl=en" target="_blank" rel="noopener">clicking here</a>. <br><br>Total Citation: 1129 <br>Total Documents:&nbsp;- <br>h-index: 16 <br>i10-index: 28 <br><br>Google Scholar Metrics click&nbsp;<a href="https://scholar.google.com/citations?hl=en&amp;view_op=list_hcore&amp;venue=lksnMpqHP7AJ.2016" target="_blank" rel="noopener">here</a>. <br><br> h5-Index : 2 <br>h5-Median : 4</p> http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/5938 FRONT MATTER JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 20 NO.3 TAHUN 2021 2022-03-10T08:32:48SE Asia Standard Time Rianto Purnama rianto.purnama@gmail.com <p>FRONT MATTER JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 20 NO.3 TAHUN 2021</p> 2022-03-10T07:10:56SE Asia Standard Time ##submission.copyrightStatement## http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/5418 PROFIL LINGKUNGAN HIDUP BALITA DAN TINGKAT KEMATIAN ANAK MENURUT FAKTOR LINGKUNGAN: DATA SDKI 2017 2022-03-10T08:32:48SE Asia Standard Time Tin Afifah afifah.tin@gmail.com Ika Saptarini dr.ikasaptarini@gmail.com Joko Irianto jokoirianto@gmail.com Heny Lestary lestaryheny@yahoo.com Cahyorini Cahyorini afifah.tin@gmail.com Andi Susilowati afifah.tin@gmail.com <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Environmental health is one of the factors that play a role in the level of health status of the population. Child mortality is one indicator of health status. The survival of children is very dependent on environmental conditions. The purpose of this article is to present a profile of the distribution of children under five years according to the health of the family's living environment and the child's mortality rate according to the characteristics and health of the environment. Data analysis of the 2017 IDHS used was toddlers who were born alive with de jure residence status. The variables studied were sources of drinking water, sanitation facilities, and main floor materials as well as mother's education, and place of residence. The descriptive analysis according to the classification of residence and the estimation of the calculation of the mortality rate for neonatal mortality rate, infant mortality rate, child mortality rate and </em><em>under-five mortality rate using STATA 15 techniques. The results showed that 1 in 10 children under five in Indonesia lives in a household that does not have sanitation facilities. Most of the children under five live with families uses proper drinking water sources, and 8 out of 10 children under five live in houses with floors made of finished materials. Children under five who live in families with sanitation facilities, sources of proper drinking water and floors made of finished materials have a tendency for lower child mortality rates compared to other groups. It can be concluded that sanitation facilities and proper drinking water sources as well as floors made of finished materials support the survival of children under five years in Indonesia.</em>&nbsp;</p> <p><strong>Keywords: </strong><em>survival of children, child mortality rate, environmental health, sanitation, drinking water </em><em>source</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>A</strong><strong>BSTRAK</strong></p> <p>Kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam tingkat derajat kesehatan penduduk. Angka kematian anak merupakan salah satu indikator derajat kesehatan. Kelangsungan hidup anak sangat tergantung dari kondisi lingkungannya. Tujuan penulisan artikel adalah menyajikan profil distribusi balita menurut kesehatan lingkungan rumah tinggal keluarga serta tingkat kematian anak menurut karakteristik dan kesehatan lingkungannya. Analisis data SDKI 2017 yang digunakan adalah balita yang lahir hidup dengan status tempat tinggal <em>de jure</em>. Variabel yang diteliti adalah sumber air minum, fasilitas sanitasi, dan bahan lantai utama serta pendidikan ibu, dan tempat tinggal. Analisis secara deskripsi menurut klasifikasi tempat tinggal dan estimasi penghitungan angka kematian neonatal, angka kematian bayi, angka kematian anak balita dan angka kematian balita secara teknik langsung menggunakan STATA 15. Hasil menunjukkan terdapat 1 dari 10 balita di Indonesia tinggal di rumahtangga yang tidak memiliki fasilitas sanitasi. Sebagian besar balita tinggal dengan keluarga yang menggunakan sumber air minum layak, dan terdapat 8 dari 10 balita yang tinggal di rumah dengan lantai dari bahan jadi. Balita yang tinggal pada keluarga dengan fasilitas sanitasi, sumber air minum layak dan lantai dari bahan jadi mempunyai kecenderungan angka kematian anak yang lebih rendah dibanding dengan kelompok lainnya. Dapat disimpulkan bahwa fasilitas sanitasi dan sumber air minum yang layak serta lantai dari bahan jadi mendukung terhadap kelangsungan hidup balita di Indonesia.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: <em>kelangsungan hidup anak, angka kematian anak, kesehatan lingkungan, sanitasi, sumber air </em><em>minum</em></p> 2022-03-10T06:42:47SE Asia Standard Time ##submission.copyrightStatement## http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/5317 MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN LIMBAH TERNAK DI KAWASAN PETERNAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM KABUPATEN BANDUNG 2022-03-10T08:32:50SE Asia Standard Time Zahra Zahra zahrasahab14@gmail.com Lely Indrawaty lelyindra@gmail.com Prisca Petty Arfines prisca.arfines@gmail.com Rina marina rina.dhiowibowo@gmail.com <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Domestic solid waste and livestock waste management are part of 2019-2025 Citarum Watershed Pollution and Degradation Control Action Plan. Domestic and livestock activities in the livestock area in Bandung regency have the potential to cause Citarum river pollution. This analysis aim to know the method of domestic solid waste and livestock waste management in the livestock area of Tarumajaya Village, Kertasari District, Bandung Regency. This research was conducted in 2019, with a quantitative and qualitative approach. The result is some people still manage domestic solid waste by burning or throwing it into the river, and managing livestock waste by throwing it into the river. </em><em>Alternatives for eco- friendly domestic solid waste management through ‘waste banks’ and livestock waste management with biogas technology, have been known and practiced by some people. The current challenge is to maintain the continuity of the program. It is recommended to the local government, especially the Health Office and Health Center, as well as the Agriculture Office to periodically provide socialization, technical and management training, consultation and monitoring of the environment friendly programs</em><em>. </em></p> <p><strong>Keywords: </strong><em>Citarum river, waste bank, biogas</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>A</strong><strong>BSTRAK</strong></p> <p>Permasalahan sampah rumah tangga dan limbah peternakan merupakan bagian dari Rencana Aksi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum 2019-2025. Aktivitas domestik dan peternakan di kawasan peternakan Kabupaten Bandung ditengarai memiliki potensi penyebab pencemaran Sungai Citarum. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pola pengelolaan sampah rumah tangga dan limbah ternak di kawasan peternakan Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung. Penelitian ini dilaksanakan tahun 2019, dengan pendekatan kuantitatif dan didukung pendekatan kualitatif. Hasil analisis menunjukkan sebagian masyarakat masih mengelola sampah rumah tangga dengan cara dibakar atau dibuang ke sungai, dan mengelola limbah ternak dengan cara membuang ke sungai. Alternatif pengelolaan sampah rumah tangga yang ramah lingkungan melalui bank sampah dan pengelolaan limbah ternak dengan teknologi biogas, telah dikenal dan dipraktekkan sebagian masyarakat. Tantangan saat ini adalah menjaga kontinuitas program tersebut. Disarankan kepada pemerintah daerah khususnya Dinas Kesehatan dan jajarannya, serta Dinas Pertanian secara periodik memberikan sosialisasi, pelatihan teknis dan manajemen, konsultasi dan monitoring program ramah lingkungan tersebut.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Sungai Citarum, bank sampah, biogas</p> 2022-03-10T06:48:49SE Asia Standard Time ##submission.copyrightStatement## http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/5385 HUBUNGAN PERILAKU BERISIKO DENGAN KEJADIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) DI PROVINSI MALUKU UTARA 2022-03-10T08:32:52SE Asia Standard Time Alfons Maryono Letelay alfonsletelay@gmail.com Felly Philipus Senewe fellyjek20@gmail.com Rohani Retnauli Simanjutak retnauli@gmail.com <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Non</em><em>-communicable</em><em> disease</em> <em>(NCD) </em><em>had contributed as the cause of death has increased from 63 to 73 % within a decade.</em> <em>The health profile of </em><em>N</em><em>orth </em><em>M</em><em>aluku</em> <em>showed increase occurances of non-</em><em>communicable </em><em>disease and risk factor related on habit, especially for smoking, </em><em>drink of </em><em>alcohol, non-healthy food consumption and this habits become seriously health problem</em><em>. </em><em>This article is the results of futher data analysis of Riskesdas 2018, which aims to know the relationship of </em><em>NCD</em><em> incidence to the habit of the community in North Maluku.</em> <em>Sample who used in the analysis are respondent </em><em>with above </em><em>15 yo</em><em> and </em><em>it was chosen 2104 respondents who i</em><em>s</em><em> on inclusion criteria. The va</em><em>r</em><em>iables were to be analyze are the habit of smoking</em><em>, </em><em>consumption alcohol</em><em>, sof drink, energy drink</em><em>, salty food, processed food products, instan noodle</em><em>, </em><em>fruits and vegetables, and physic</em><em>al</em><em> activity.</em> <em>The results </em><em>showed the incidence of </em><em>NCD</em><em> were related with the habit of salty food consuption (OR</em><em>=1.2),</em><em> in the </em><em>age </em><em>less than </em><em>44 yo</em> <em>(OR=2.</em><em>5</em><em>), educat</em><em>ed respondent</em><em> level (OR=1.</em><em>4</em><em>) and</em><em> in the </em><em>unmarried </em><em>respondent</em><em> (OR=</em><em>1,9</em><em>). </em><em>It was suggested that it is necessary to cooperate between stake holder and goverment in attention to educate people related on PTM prevention, especially control risk factor associated on culture and habits of the comunity</em><em>. </em></p> <p><strong>Keywords: </strong>Non-communicable disease, risky behavior, North Maluku Province</p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>A</strong><strong>BSTRAK</strong></p> <p>Kontribusi PTM sebagai penyebab kematian mengalami kenaikan dari 63% menjadi 73% dalam satu dekade di dunia dari tahun 2007-2017. Profil dinas kesehatan provinsi Maluku Utara menunjukkan adanya peningkatan kejadian penyakit tidak menular (PTM) dan kebiasaan dalam konsumsi makanan yang merupakan faktor risiko kejadian PTM pada masyarakat Maluku Utara, antara lain, kebiasaan merokok, minum alkohol, diet tidak sehat menjadi masalah kesehatan masyarakat Maluku Utara yang serius. Artikel ini merupakan hasil analisis lanjut data Riskesdas tahun 2018, yang bertujuan mengetahui hubungan kejadian PTM dengan kebiasaan masyarakat di Provinsi Maluku Utara. Sampel yang digunakan dalam analisis ini adalah responden Provinsi Maluku Utara, yang berusia &gt; 15 tahun sebanyak 2104 responden yang memenuhi kriteria untuk dilakukan analisis. Variabel dalam penelitian ini adalah kebiasaan merokok, kebiasaan makan makanan berisiko (makanan asin, makanan olahan, mi instan), kebiasaan minum minuman berisiko (alcohol, <em>softdrink</em>, berenergi), kebiasaan makan buah dan sayur serta kebiasaan aktivitas fisik. Hasil analisis menunjukkan bahwa kejadian PTM sangat berhubungan dengan kebiasaan penduduk makan makanan asin (OR=1,2), pada kelompok usia &lt; 44 tahun (OR=2,5), dengan tingkat pendidikan tinggi (OR=1,4), dan belum menikah (OR=1,9). &nbsp;Saran yang dapat disampaikan adalah perlunya kerja sama lintas sektor dan perhatian pemerintah setempat untuk mengendalikan faktor risiko yang berhubungan erat dengan budaya dan kebiasaan masyarakat melalui edukasi.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Penyakit tidak menular, perilaku berisiko, Maluku Utara</p> 2022-03-10T06:50:56SE Asia Standard Time ##submission.copyrightStatement## http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/5251 PRAKTIK HIGIENE SANITASI PANGAN PENJAMAH MAKANAN DALAM PENJUALAN MAKANAN PADA AWAL PANDEMI COVID-19 DI JABODETABEK 2022-03-10T08:32:54SE Asia Standard Time Prisca Petty Arfines prisca.arfines@gmail.com Zahra Zahra zahrasahab14@gmail.com Dwi Nastiti Iswarawanti, Dr diswarawanti@seameo-recfon.org Ika Saptarini dr.ikasaptarini@gmail.com <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>The COVID-19 pandemic has affected people's behavior including shopping behavior. The most important things highlighted in food buying behavior include food safety and the implementation of health measures to minimize the COVID-19 transmission. This study aims to identify the description of food hygiene and sanitation practices (HSP) for food handlers during the COVID-19 pandemic. This study is an observational study with a cross-sectional design conducted in the Greater Jakarta area (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi) in the first week of May 2020. Data collection was carried out online. The sample in this study was 189 food handlers. The variables analyzed included the HSP practices of food handlers, socio-demography, knowledge proxies, perceptions, and sources of information related to COVID-19. The results of the analysis showed that insufficient practice of HSP reached 49.7%. Factors related to the HSP practice are the provision of handwashing using soap facilities for food buyers/delivery (OR=2.4 95% CI 1.01-5.7) and the provision of medical tests for the worker (OR=2.61 95% CI 1.27-5.37). This study depicts the HSP’s practice of food handlers at the beginning of the pandemic in Jabodetabek is still lacking. Therefore, it is necessary to increase the promotion and priority of supervision on the HSP practice of food handlers in an integrated manner from across sectors. Strengthened coaching may lead to better HSP practices for food handlers</em><em>. </em></p> <p><strong>Keywords: </strong><em>Food sanitation, food hygiene, food safety, food purchasing, food handler</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>A</strong><strong>BSTRAK</strong></p> <p>Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi perilaku masyarakat termasuk perilaku berbelanja. Hal terpenting yang menjadi sorotan dalam perilaku penjualan makanan antara lain aspek keamanan pangan dan pelaksanaan protokol kesehatan untuk menekan penyebaran COVID-19. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran praktik higiene sanitasi (HSP) pangan penjamah makanan dalam penjualan makanan di masa pandemi COVID-19. Studi ini merupakan studi observasional dengan desain potong lintang yang dilakukan di area Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) pada minggu pertama bulan Mei 2020. Pengumpulan data dilakukan secara daring. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 189 penjual makanan. Variabel yang dianalisis antara lain meliputi praktik HSP penjual makanan, sosio-demografi, proksi pengetahuan, persepsi, dan sumber informasi terkait COVID-19. Hasil analisis menunjukkan bahwa praktik HSP dengan kategori kurang mencapai 49,7%. Faktor yang berhubungan dengan praktik HSP dari penjual makanan adalah penyediaan sarana CTPS bagi pembeli/pengantar makanan (OR=2,4 95% CI 1,01-5,7) dan penyediaan tes kesehatan selama bekerja (OR=2,61 95% CI 1,27-5,37). Studi ini menunjukkan bahwa gambaran praktik higiene sanitasi pangan penjual pada awal masa pandemi di Jabodetabek masih kurang. Oleh karena itu perlu dilakukan penguatan promosi dan prioritas pengawasan pada praktik HSP penjual makanan secara terpadu dari lintas sektor. Penguatan pembinaan dapat meningkatkan praktik HSP penjual yang lebih baik.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Sanitasi pangan, higiene pangan, keamanan pangan, pembelian makanan, penjamah makanan</p> 2022-03-10T06:52:35SE Asia Standard Time ##submission.copyrightStatement## http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/5732 FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DI KOTA PEKANBARU, PROVINSI RIAU 2022-03-10T08:32:56SE Asia Standard Time Hetty Ismainar hettyismainar@gmail.com Tety Kuniasari hettyismainar@gmail.com Ahmad Hanafi hettyismainar@gmail.com <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Open defecation </em><em>is the act of disposing of waste in an area that can contaminate the environment. In Indonesia, there are still areas with Open Defecation Free (ODF) coverage that does not meet the national target (100%), one of which is in Pekanbaru City (28,6%). This study aims to explain the influence of environmental factors on defecation behavior. The type of research was quantitative with a cross-sectional design. A total of 194 families become respondents with proportional random sampling technique. Collecting data using a questionnaire. Data analysis was univariate, bivariate with chi-square test, and multivariate with logistic regression test. There were still 105 families (54.1%) who had open defecation. The variable that has a significant relationship with p-value &lt;0.05 with open defecation behavior was latrine access (p=0.019), TOMA support (p=0.000), health care coaching (p=0.033), financial income</em> <em>(p=0.003) and habits (p=0.000). There were two dominant factors, namely habit with POR=3.771 (1.881-7.563) and TOMA support with POR=3.698 (1.872-7.034). Public awareness is needed, also increasing the frequency of home visits, socializing, and providing health information through print, electronic and social media</em><em>. </em></p> <p><strong>Keywords: </strong><em>Open Defecation Free (ODF), Environmental Factor, Pekanbaru</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>A</strong><strong>BSTRAK</strong></p> <p>Buang Air Besar Sembarangan (BABS) adalah tindakan membuang kotoran di area yang dapat mengkontaminasi lingkungan. Di Indonesia masih terdapat daerah dengan cakupan STOP BABS masih belum sesuai target nasional (100%), salah satunya di Kota Pekanbaru (28,6%). Penelitian ini bertujuan menjelaskan pengaruh faktor lingkungan terhadap perilaku BABS. Jenis penelitian kuantitatif dengan desain <em>cross-sectional. </em>Total 194 kepala keluarga (KK) yang menjadi responden dengan teknik <em>proportional random sampling. </em>Pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis data univariat, bivariat dengan uji <em>chi-square</em> dan multivariat dengan uji <em>regresi logistic. </em>Masih ditemukan 105 KK (54,1%) yang berperilaku BABS. Variabel yang memiliki hubungan yang signifikan <em>p-value</em> &lt;0,05 dengan perilaku BABS yaitu akses jamban (<em>p</em>=0.019), dukungan TOMA (<em>p</em>=0.000), pembinaan nakes (<em>p</em>=0.033), pendapatan (<em>p</em>=0.003), dan kebiasaan (<em>p</em>=0.000)<em>. </em>Terdapat dua faktor dominan yaitu kebiasaan dengan POR=3,771 (1,881-7,563) dan dukungan TOMA dengan POR=3,698 (1,872-7,034). Perlu kesadaran dari masyarakat, peningkatan frekuensi kunjungan rumah, sosialisasi dan pemberian informasi kesehatan melalui media cetak, elektronik juga media sosial.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS), Faktor Lingkungan,&nbsp; Pekanbaru</p> 2022-03-10T06:54:56SE Asia Standard Time ##submission.copyrightStatement## http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/4943 KASUS-KASUS KERACUNAN JAMUR LIAR DI INDONESIA 2022-03-10T08:32:57SE Asia Standard Time Ivan Permana Putra ivanpermanaputra@apps.ipb.ac.id <p><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p> <p><em>Wild mushrooms are one of the </em><em>germplasm which</em><em> have been consumed for </em><em>decades</em><em>. Besides </em><em>the</em><em> good nutritional content for health, some of wild mushrooms </em><em>which</em> <em>identical to</em><em> edible mushrooms</em> <em>are known to have toxins that can cause poisoning. </em><em>To date</em><em>, </em><em>despite the high numbers of poisoning cases</em><em>, information regarding cases of wild mushroom poisoning in Indonesia </em><em>are</em><em> not properly organized. This paper is a literature-based quantitative study by reviewing </em><em>and validating </em><em>all reports of mushroom poisoning in Indonesia during the 2010-2020 period. The results show</em><em>ed</em><em> that over the last 10 years, there have been 76 cases of poisoning due to consumption of wild mushrooms in Indonesia. A total of 550 people became victims and 9 of them died. The wild mushroom genera suspected to be the cause of poisoning include: Amanita sp. (egg phase), Calvatia sp., Chlorophyllum cf. molybdites, Clitocybe sp., Coprinellus sp., Coprinopsis sp., Coprinus sp., Galerina sp., Inocybe sp., Lepiota sp., Macrocybe sp., Macrolepiota sp., Panaeolus sp., Parasola sp., Psilocybe sp., and Scleroderma sp. (old phase). </em><em>The g</em><em>ood collaboration between the government, researchers, </em><em>citizens</em><em>, and journalists in documenting the character of the </em><em>mushroom</em><em> that causes poisoning needs to be done to create </em><em>a</em><em> database of poisonous mushrooms in Indonesia. This is expected to be able to prevent the incidence of wild mushroom poisoning in Indonesia</em><em>. </em></p> <p><strong>Keywords: </strong><em>Wild Mushrooms, Poisoning, Indonesia</em></p> <p>&nbsp;</p> <p><strong>A</strong><strong>BSTRAK</strong></p> <p>Jamur liar merupakan salah satu bahan pangan yang telah dikonsumsi dalam waktu yang lama. Selain memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk kesehatan, beberapa kelompok jamur liar sulit dibedakan dengan jamur <em>edible </em>dan diketahui memiliki toksin yang mampu menyebabkan keracunan. Hingga saat ini, walaupun telah terjadi berulang kali, informasi mengenai kasus-kasus keracunan&nbsp; jamur liar di Indonesia masih belum dirapihkan dengan baik. Tulisan ini merupakan penelitian kuantitatif berbasis literatur dengan menelaah dan memvalidasi semua laporan keracunan jamur di Indonesia selama periode 2010-2020. Hasil koleksi informasi menunjukkan bahwa selama 10 tahun terakhir, telah terjadi 76 kasus keracunan akibat pengkonsumsian jamur liar di Indonesia. Sebanyak 550 orang menjadi korban dan 9 diantaranya meninggal dunia. Genus-genus jamur liar yang diduga menjadi penyebab keracunan diantaranya adalah : <em>Amanita </em>sp. (fase telur), <em>Calvatia </em>sp.<em>, Chlorophyllum </em>cf. <em>molybdites, Clitocybe </em>sp.<em>, Coprinellus </em>sp.<em>, Coprinopsis </em>sp.<em>, Coprinus </em>sp.<em>, Galerina</em> sp.<em>, Inocybe </em>sp.<em>, Lepiota </em>sp.<em>, Macrocybe </em>sp.<em>, Macrolepiota </em>sp.<em>, Panaeolus </em>sp.,<em> Parasola </em>sp.<em>,</em> <em>Psilocybe </em>sp.<em>, </em>dan <em>Scleroderma </em>sp. (fase tua). Kolaborasi yang baik antara pemerintah, peneliti, masyarakat, dan jurnalis dalam pendokumentasian karakter jamur penyebab keracunan perlu dilakukan untuk membuat <em>database </em>infomasi jamur liar beracun di Indonesia. Hal ini diharapkan mampu untuk mencegah kejadian keracunan jamur liar di Indonesia.</p> <p><strong>Kata kunci</strong>: <em>Jamur Liar, Keracunan, Indonesia</em></p> 2022-03-10T06:56:09SE Asia Standard Time ##submission.copyrightStatement## http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/jek/article/view/5939 BACK MATTER JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 20 NO.3 TAHUN 2021 2022-03-10T08:32:59SE Asia Standard Time Rianto Purnama rianto.purnama@gmail.com <p>BACK MATTER JURNAL EKOLOGI KESEHATAN VOL 20 NO.3 TAHUN 2021</p> 2022-03-10T07:12:46SE Asia Standard Time ##submission.copyrightStatement##