Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin di Puskesmas, Polindes dan Pustu

  • Mukhlissul Faatih Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbangkes Kemenkes RI Jl. Percetakan Negara No. 29, Jakarta 10560, Indonesia, Tlp: 021-4259860, Fax: 021-4244375
Keywords: alat pengukur hemoglobin, hemogobin meter

Abstract

Abstrak

Menurut RIFASKES 2011, secara nasional, persentase Puskesmas yang mempunyai Hb Sahli adalah 46,3%, sisanya tidak mempunyai atau menggunakan alat pengukur hemoglobin lainnya. Persentase Puskesmas yang memiliki Hb Sahli dan digunakan pada pelayanan KIA adalah sebanyak 37,7% namun belum dapat dikonfirmasi dengan akurat berapa banyak penggunaan alat pengukur Hb POCT di fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Tujuan studi ini untuk mendapatkan gambaran kelayakan pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode Hb Sahli, POCT hemoglobin atau metode lainnya yang sesuai di fasilitas pelayanan kesehatan Puskesmas, Polindes dan Pustu. Desain studi ini adalah deskriptif kualitatif dengan konfirmasi data melalui wawancara dengan tenaga kesehatan bidan di lapangan, Pustu, Polindes dan Puskesmas terpilih di kab Bantul, Bogor dan Kota Pangkalpinang. Studi ini juga melakukan studi literatur baik dari buku, jurnal, artikel internet dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penggunaan alat pemeriksa Hemoglobin. Hasil studi ini menunjukkan bahwa di Puskesmas yang diwawancara, umumnya menyediakan alat pemeriksa Hb Hematology Analyzer (HA), Cyanmeth Spectrofotometer dan Hb Sahli. Meskipun metode HA gratis, tetapi hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu saja. Metode spektrofotometer digunakan di Puskesmas sepanjang bahan habis pakai untuk pemeriksaan masih tersedia. Umumnya Puskesmas menggunakan metode Sahli, dan kalaupun menggunakan metode lain, akan kembali menggunakan Sahli, karena metode lain tidak dapat digunakaan dengan berbagai alasan dan kendala di Puskesmas. Pada Puskesmas Pembantu dan Polindes umumnya pemeriksaan Hb dirujuk ke Puskesmas pusat/induk (kecamatan) dan tidak ada ‘laboratorium’ pembantu di Pustu/ Polindes/ Poskesdes.

Abstract

According to RIFASKES 2011, nationally, the percentage of Puskesmas that has Hb Sahli is 46.3%, the rest do not have or use other hemoglobin measuring devices. Percentage of Puskesmas which have Hb Sahli and used in KIA service is 37,7%. It’s unconfirmed with accurate data on how much the use of POCT HB measuring devices in health care facilities in Indonesia. The purpose of this study was to obtain a feasibility of hemoglobin measuring using Hb Sahli method, POCT hemoglobin or other suitable methods at Puskesmas, Polindes and Pustu have chosen from Bantul, Bogor and Pangkalpinang. The design of this study is descriptive qualitative with confirmation of data through interviews with midwife health personnel in the Pustu, Polindes and Puskesmas. The study also conducts literature studies from books, journals, internet articles and legal documents relating to the use of the Hemoglobin meter. The results of this study indicate that in the Puskesmas interviewed, generally provide Hb Hematology Analyzer (HA), Cyanmeth Spectrofotometer and Hb Sahli. Although the HA method is free of charge, it is only done in certain cases. Spectrophotometer method used in Puskesmas as long as consumables is still available. Generally Puskesmas use Sahli method, and if using other method, it will return to Sahli, because other method can not be used for various reasons and constraints in Puskesmas. In Pustu and Polindes, Hb measurement is generally referred to the Puskesmas (subdistrict) and there is no ‘laboratory’ in Pustu / Polindes / Poskesdes.

References

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: BKKBN; 2013.
Nugroho, Taufan. Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta: Nuha Medika; 2007.
Indriawati, R. Kajian terhadap pemeriksaan Hemoglobin (Hb) metode sahli dan talquist. Mutiara Medika; 2002: 2(2):74–81.
FKUI. Hematologi. Jakarta: FKUI; 1996.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. Laporan Riset Fasilitas Kesehatan (RIFASKES) 2011. Jakarta:2012.
Kementerian Kesehatan RI. Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Jakarta: 2013. diakses: http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/wp-content/uploads/ downloads/2011/12/PMK-1464-Th-2010-ttg-Izin-dan-Penyelenggaraan-Praktik-Bidan.pdf
Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan PUSKESMAS Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: 2013. diakses dari http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2014/03/ PEDOMAN-PUSKESMAS-PONED-2013.pdf
Ariguntar, Tri, Immanuel, S. Uji Kinerja Glukosameter Accuchek Performa. Departemen Patologi Klinik RSCM, Ethical Digest. 2010: November, No. 8.
Hofland, H.J. Point of care testing and selftest related consultations in general practices in the Netherlands: an exploratory study on general practitioners’ experiences. Netherland: HTSR; Juli 2011.
Anand, R. Mir, R, Saxena, R. Hemoglobin color scale a diagnostic dilemma. Indian Journal of Pathology and Microbiology. 2009: 52(3):360-362.
Barduagni, P. A. A. Performance of Sahli and colour scale methods in diagnosing anaemia among school children in low prevalence areas. Tropical medicine & international health : TM & IH. 2003: 8(7):615-8.
Hill, VL. Simpson, VZ. Higgins, JM. Hu, Z. Stevens, RA. Metcalf, JA. et al. Evaluation of the performance of the Sysmex XT-2000i hematology analyzer with whole bloods stored at room temperature. Lab Med; 2009: 40(12): 709-712.
Rajendra, K.M.H.M. Digital WHO Hemoglobin Color Scale: Analysis and Performance. eTELEMED 2014 : The Sixth International Conference on eHealth, Telemedicine, and Social Medicine. Copyright (c) IARIA. 2014.
Shah, VB. Shah BS. Puranik GV. Evaluation of non cyanide methods for hemoglobin estimation. Indian J Pathol Microbiol; 2011:54:764-8 (HTML version). Diakses dari: http://www.ijpmonline.org/ article.asp?issn=0377-4929;year=2011;volume=54;issue=4;spage=764;epage=768;aulast=Shah
Srivastava, T. Negandhi, H. Neogi, SB. Sharma, J. Saxena, R. Methods for hemoglobin estimation; a review of “what works”. J Hematol Transfus; 2014:2(3):1028 pp1-7.
16. Sari, et al. Estimating The Prevalence Of Anemia: A Comparison Of Three Methods. Bulletin of the World Health Organization. 2001:79: 506-511.
in Low-Resource Settings: A Manual For Health Workers. U.S. Agency for International Development. 1997.
World Health Organization. Iron Deficiency Anaemia. Assesment, Prevention, and control. 2001.
Hao Liying. Muhilal dan Sukati Saidin. Perbandingan Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Darah dengan Kertas Filter, Sahli dan Hemocue. Jakarta:Majalah Medika; 1997:No 11.
Muhilal dan Saidin, Sukati. Ketelitian Hasil Penentuan Hemoglobin dengan cara Sianmenthemoglobin, Cara Sahli dan Sianmethemoglobin tidak Langsung. Penelitian Gizi dan Makanan; Bogor:1980.
Published
2018-09-12
How to Cite
Faatih, M. (2018). Penggunaan Alat Pengukur Hemoglobin di Puskesmas, Polindes dan Pustu. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 1(1), 32-39. https://doi.org/10.22435/jpppk.v1i1.424
Section
Articles