Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi <p>ISSN Media Cetak : 1979-892X</p> <p>ISSN Media Elektronik : 2354-8797</p> <p>Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia (Journal of Indonesian Medicinal Plant, p-ISSN : 1979-892X, e-ISSN : 2354-8797) is media information and research results and development of Indonesian medicinal plants as well as a means of communication the researchers / managers / interest in the field of medicinal plants in Indonesia. The journal is published by Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Tawangmangu.</p> <p><img src="/public/site/images/isaabdullah/sertifikat-jtoi.png" width="270" height="179"></p> <p>See Google Scholar Profile for Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia by clicking <a href="https://scholar.google.co.id/citations?user=IKYG3pEAAAAJ&amp;hl=id&amp;oi=ao" target="_blank" rel="noopener">here</a>.</p> <p>Total Citations : 70 Total Documents : h-index : 5 i10-index : 1</p> Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional en-US Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia 1979-892X FRONT MATTER VOL 15 NO 2 DESEMBER 2022 http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi/article/view/6468 jtoi managerxot ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2022-12-27 2022-12-27 15 2 10 10 10.22435/jtoi.v15i2.6468 EKOLOGI TUMBUHAN OBAT PRANAJIWA (Euchresta horsfieldii (Lesch.) Benn.) DI BALI DAN LOMBOK http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi/article/view/5857 <p>Pranajiwa (<em>Euchresta horsefieldii </em>(Lesch.) Benn.) merupakan tumbuhan obat tradisional yang persebarannya ada di Bali dan Lombok. Sebagai dasar untuk menentukan kesesuaian pranajiwa terhadap suatu lahan, maka diperlukan informasi ekologi. Survei secara <em>purposive</em> dilakukan untuk mengidentifikasi habitat pranajiwa di Bali dan Lombok pada tahun 2015 dan 2016 dengan mengumpulkan data vegetasi, topografi, iklim dan sifat tanah. <em>Principal Component Analysis</em> (PCA) digunakan untuk menentukan faktor yang berpengaruh terhadap ekologi pranajiwa. Pranajiwa tumbuh di daerah perbukitan dengan suhu &gt;20°C, kelembapan 80% dan pH tanah agak asam. Di Bali, pranajiwa ditemukan pada kemiringan lereng curam dengan ketinggian &gt;1.400 m dpl, sedangkan di Lombok ditemukan pada kemiringan lereng agak curam dengan ketinggian &gt;1.200 m dpl. Populasi pranajiwa hidup secara mengelompok dan keberadaannya di alam dipengaruhi beberapa faktor seperti di Bali yang dipengaruhi oleh suhu, dan kemiringan lereng, kelerengan dan suhu, sedangkan di Lombok lebih dipengaruhi oleh kemiringan lereng dan ketinggian tempat. Informasi ekologi ini dapat mengungkap preferensi pranajiwa dihabitatnya dalam mendukung upaya konservasi.</p> Krisnawati Krisnawati Ogi Setiawan Anita Apriliani Dwi Rahayu ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2022-12-27 2022-12-27 15 2 69 83 10.22435/jtoi.v15i2.5857 THE INFLUENCE OF SHALLOT SOLUTION ON COLEUS (Plectranthus Scutellarioides (L.)) SEEDLING http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi/article/view/6193 <p>Nurseries are the main critical phase in the cultivation of Coleus (<u>Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br.</u>), which is useful as a raw material for traditional medicine. The key to producing well-grown, healthy, and uniform seedlings is using exogenous hormones throughout the seedling stage. Shallot has the potential to be used as an exogenous hormone. The study was conducted with shallot concentration treatment (0, 35, 70, and 100%) and soaking time (0, 12, and 24 hours). The results show shallot's activity as an exogenous hormone in coleus seedlings, including increasing the root volume of coleus seedlings through the initiation of root hairs, altering seedling height, and stimulating seedling adventitious shoot growth. Conversely, high concentrations of shallots reduced the number of coleus seedling shoots.</p> Dian Susanti Prambayu Brenda Herera Rissa Tri Ismayanti Dyah Subositi ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2022-12-27 2022-12-27 15 2 84 94 10.22435/jtoi.v15i2.6193 PERSEBARAN DAN POTENSI ETNOFITOMEDIKA KASTURI (Mangifera casturi Kosterm): STUDI KASUS PADA MASYARAKAT SUKU BANJAR DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR, PROVINSI RIAU http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi/article/view/6180 <p><em>Mangifera casturi&nbsp; </em>Kosterm (Kasturi) memiliki nilai konservasi yang tinggi karena telah dinyatakan sebagai spesies yang punah di alam. Selain nilai konservasi yang tinggi, spesies ini juga merupakan spesies endemik pulau Kalimantan dan identitas flora Provinsi Kalimantan Selatan. Di Provinsi Riau, penyebaran kasturi tidak terlepas dari masuknya masyarakat suku Banjar dari Kalimantan Selatan pada tahun 1860an. Hal ini dibuktikan dengan penyebaran kasturi hanya terdapat di perkampungan masyarakat banjar yang ada di Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau. Masyarakat banjar di Kabupaten Indragiri Hilir memanfaatkan kasturi sebagai sumber bahan pangan (buah-buahan) dan buah ini juga dipercaya dapat mengatasi penyakit kembung dan masuk angin. Berdasarkan analisis metabolit sekunder pada aril dan kulit buah Kasturi, senyawa umum yang ada antara lain <em>5-Hydroxymethylfurfural </em>merupakan senyawa golongan aldehid, <em>Palmitic acid </em>merupakan senyawa golongan asam lemak jenuh dan <em>Ethyl palmitate </em>merupakan senyawa golongan asam lemak.</p> Irzal Fakhrozi Agus Hikmat Didik Widyatmoko Ervizal AM Zuhud Arya Arismaya Metananda ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2022-12-27 2022-12-27 15 2 95 108 10.22435/jtoi.v15i2.6180 EFFECT OF NAA AND BAP APPLICATION ON THE GROWTH RESPONSES OF Mentha × piperita L. http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi/article/view/6436 <p>Mentha × piperita L., also known as peppermint, is a plant with various uses, including medicine, cosmetics, and food. Numerous industries have a high need for peppermint products, but Indonesia is currently unable to meet this demand and should continue to import peppermint. One effort can be made to improve cultivation procedures, and tissue culture becomes one alternative. This research uses shoots as explants with Murashige &amp; Skoog's basic media and growth regulators BAP and NAA. The research was conducted in two phases: six-week initial planting and seven-week subculture. The treatment of BAP 4 mg/L + NAA 0.5 mg/L provides better performance for the number of leaves, and BAP 3 mg/L produced the best response regarding the number of shoots. Furthermore, BAP 1 mg/L + NAA 1 mg/L produced the best response to shoot height and number of leaves, and BAP 3 mg/L + NAA 0.5 mg/L generated the best response to root length. Based on the research, BAP 3 mg/L is the optimal treatment.</p> Nur Rahmawati Wijaya Devi Safrina Prambayu Brenda Herera Mery Budiarti ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2022-12-28 2022-12-28 15 2 109 117 10.22435/jtoi.v15i2.6436 DETERMINANTS OF THE LACK OF INTEREST IN CULTIVATING MEDICINAL PLANTS IN WONOGIRI, CENTRAL JAVA http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi/article/view/6210 <p>Indonesia is among the countries producing medicinal plants for domestic and foreign demand. Nevertheless, Indonesia keeps importing a variety of medicinal plant kinds. One reason for this is farmer's lack of interest in cultivating medicinal plants, which is interesting to observe considering that, in terms of market share, ecology, and geography, all of them support the development of medicinal plant cultivation. This cross-sectional study with observations and interviews aims to get primary data to identify the factors causing the lacking interest of farmers in cultivating medicinal plants. In October 2018, we conducted our data collection. Statistics Indonesia (BPS) provided secondary data on the production and trade of medicinal plants from 2009 to 2020. We did descriptive data analysis. The results showed several factors caused farmers to be less interested in cultivating medicinal plants. Expense fluctuations, the length of the planting period, technology, and access to marketing, until the government's attention has not been optimized are the contributing factors. It should make efforts to increase the interest of farmers in cultivating medicinal plants. There are ways to encourage people to grow medicinal plants as their primary source of income, including stable prices, market accessibility, efficient cultivation, and post-harvest technology.</p> M Bakti Samsu Adi Devi Safrina Slamet Wahyono ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2022-12-28 2022-12-28 15 2 118 125 10.22435/jtoi.v15i2.6210 EFEK ANTIHIPERURISEMIA FRAKSI KLOROFORM DAN FRAKSI ETIL ASETAT BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa) PADA MODEL MENCIT HIPERURISEMIA http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi/article/view/5249 <p>Brotowali (<em>Tinospora crispa</em>) secara tradisional dimanfaatkan untuk mengobati penyakit gout, artritis reumatoid, dan peradangan internal. Studi bioaktivitas dari batang brotowali menunjukkan efek antioksidan, antinosiseptif, dan antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek antihiperurisemia dua fraksi dari ekstrak etanol batang brotowali pada mencit model hiperurisemia akut yang diinduksi potasium oksonat. Batang brotowali diekstraksi dengan etanol 70%, kemudian dipartisi secara berurutan dengan n-heksana, kloroform, dan etil asetat. Analisis fitokimia dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis, sedangkan kadar asam urat serum diukur dengan metode enzimatik-kolorimetri. Studi kami sebelumnya telah melaporkan bahwa ekstrak etanolik dan fraksi tidak larut n-heksana (FHITS) batang brotowali memiliki kandungan flavonoid yang tinggi. Pada studi ini, flavonoid tidak terdeteksi dalam fraksi kloroform (FKTS), namun ditemukan lebih dominan dalam fraksi etil asetat (FETS). Pada penelitian sebelumnya, ekstrak hidroalkoholik 500 mg/kg dan FHITS 100 mg/kg menunjukkan efek antihiperurisemia sebanding dengan allopurinol 10 mg/kg. Perlakuan fraksi kloroform dan fraksi etil asetat masing-masing dengan dosis 100 mg/kg pada mencit model hiperurisemia menunjukkan persentase penurunan kadar asam urat berturut-turut sebesar 39% dan 52%. Dengan demikian, ekstrak batang brotowali atau fraksinya yang mengandung flavonoid berpotensi digunakan dalam pengobatan hiperurisemia.</p> Harwoko Harwoko Esti Dyah Utami Warsinah Warsinah ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2022-12-28 2022-12-28 15 2 126 135 10.22435/jtoi.v15i2.5249 POTENSI UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas var Antin 3) SEBAGAI ASUPAN ANTIOKSIDAN UNTUK ATLET http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/toi/article/view/5655 <p>Atlet dituntut untuk memiliki performa yang baik agar memperoleh prestasi disetiap kompetisi. Latihan fisik teratur memberikan manfaat pada peningkatan performa atlet. Namun, latihan fisik berat dan berlebihan dapat meningkatkan radikal bebas di dalam tubuh. Hal ini dapat menyebabkan stress oksidatif yang berdampak pada penurunan performa atlet. Ubi jalar ungu (<em>Ipomoea batatas var Antin 3)</em> adalah asupan makanan yang memiliki kandungan antosianin yang tinggi dan memiliki potensi untuk menurunkan stress oksidatif para atlet. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi ubi jalar ungu <em>(Ipomoea batatas var Antin 3) </em>sebagai asupan antioksidan untuk atlet. Medote penelitian yang digunakan adalah experimental <em>post-test only control group design</em> menggunakan hewan coba berupa tikus galur wistar. Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2021 di <em>Integrated Biomedic Laboratory</em> Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung. Sampel berjumlah 20 tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 merupakan kelompok control. Kelompok 2, tikus diberikan latihan fisik berat. Kelompok 3 tikus diberikan latihan fisik berat dan asupan ubi jalar ungu 1,6mg/hari. Kelompok 4, tikus diberikan ubi jalar ungu 3,6mg/hari. Pemberian latihan fisik berupa latihan berenang selama 15-20 menit. Penelitian ini berjalan selama 14 hari. Pada hari ke 15 dilakukan pengambilan serum darah lalu dilakukan pengecekan Malondialdehyde (MDA) dan Superoxide Dismutase (SOD). Hasil analisa one way anova dan post hoc LSD dari pengukuran kadar MDA dan SOD, kelompok 4 memiliki hasil yang yang paling efektif (p&lt;0,05) untuk mencegah penurunan MDA dan peningkatan SOD apabila dibandingkan dengan kelompok 3. Hasil dari kelompok 4 juga yang paling mendekati dengan kelompok 1 (p&gt;0,05). Dapat disimpulkan bahwa ubi jalar ungu (Ipomoea batatas var Antin 3) dapat menurunkan kadar stress oksidatif pasca latihan fisik berlebihan. Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas var Antin 3) memiliki potensi sebagai asupan antioksidan untuk atlet.</p> Mahendra Wahyu Dewangga Djoko Pekik Irianto ##submission.copyrightStatement## http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 2022-12-28 2022-12-28 15 2 136 145 10.22435/jtoi.v15i2.5655