Pengetahuan dan Karakteristik Individu: Studi Cakupan Kepatuhan Minum Obat Paska Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis di Kabupaten Tangerang

  • Heni Prasetyowati Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pangandaran, Jalan Raya Pangandaran Km 3 Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia
  • Dewi Nur Hodijah Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pangandaran, Jalan Raya Pangandaran Km 3 Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia
  • Mara Ipa Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pangandaran, Jalan Raya Pangandaran Km 3 Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia
  • Joni Hendri Loka Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pangandaran, Jalan Raya Pangandaran Km 3 Desa Babakan, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, Indonesia
Keywords: knowledge, mass drug administration, lymphatic filariasis, compliance

Abstract

Tangerang Regency as one of the endemic filariasis districts has completed provision of Mass Drug Administration (MDA) in five rounds from 2008 to 2012. The re-emergence of new cases after MDA needs to be monitored and evaluated, related to community compliance in taking preventive mass drugs as well as the knowledge and characteristics of influencing individuals. The aims of this study is to analyze the correlation of knowledge and characteristics of individuals with the participation and compliance of taking preventive filariasis drugs. The variables analyzed were individual characteristics which included gender, age, marital status, education level, type of work as well as knowledge variables. These variables were analyzed using a regression test. Based on the interview results of 660 respondents, only 54% of respondents claimed to have participated in the POPM program. Statistical analysis showed that gender, age of respondents and knowledge had a significant correlation to the participation of respondents in the filariasis treatment program. Of the 54% of respondents who participated in POPM filariasis, only 70% took all the drugs given. All variables tested did not have a significant relationship to the respondents' compliance in taking the received filariasis medication. Community participation in MDA is still below the specified target, as well as community compliance in taking drugs.

References

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016.

2. Abd Elaziz KM, El-Setouhy M, Bradley MH, Ramzy RMR, Weil GJ. Knowledge and practice related to compliance with mass drug administration during the Egyptian national filariasis elimination program. Am J Trop Med Hyg. 2013;89(2):260–4. doi: 10.4269/ajtmh.12-0491.

3. Alamsyah A. Marlina T. Faktor-faktor yang berhubungan denagn cakupan menelan obat massal pencegah filariasis. J Endur. 2016;1(1):17–22.

4. Ahdy MGR. Hubungan pengetahuan dan sikap tentang pencegahan filariasis dengan praktek minum obat dalam program pemberian obat masal pencegahan (POMP) filariasis Kelurahan Kuripan Kertoharjo Kota Pekalongan 2015 [Skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang; 2016.

5. Astuti EP, Ipa M, Wahono T, Ruliansyah A. Analisis perilaku masyarakat terhadap kepatuhan minum obat filariasis di tiga desa Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013. Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2017;24(4):199-208.

6. Syabriannur M, Musafaah, Fakhriadi R. Hubungan pengetahuan, sikap, dukungan keluarga dan akses pelayanan kesehatan dengan kepatuhan masyarakat minum obat antifilariasis [Internet]. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat; 2016. Diunduh dari: https://docplayer.info/80867632-Hubungan-pengetahuan-sikap-dukungan-keluarga-dan-akses-pelayanan-kesehatan-dengan-kepatuhan-masyarakat-minum-obat-antifilariasis.html.

7. Subdit Filariasis dan Kecacingan. Rencana pre TAS Kabupaten/Kota. Jakarta: Ditjen P2 PL Kementerian Kesehatan RI; 2012.

8. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Cakupan POPM filariasis 2009-2013 Kab Tangerang. Kabupaten Tangerang: Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggerang; 2014.

9. Ottesen EA, Hooper PJ, Bradley M, Biswas G. The global programme to eliminate lymphatic filariasis health impact after 8 years. PLoS Negl Trop Dis. 2008;2(10):e317. doi: 10.1371/journal.pntd.0000317.

10. Michael E, Malecela-Lazaro MN, Simonsen PE, Pedersen EM, Barker G, Kumar A, et al. Mathematical modelling and the control of lymphatic filariasis. Lancet Infect Dis. 2004;4(4):223–34. doi: 10.1016/S1473-3099(04)00973-9.

11. Ditjen P2PTVZ Kemenkes RI. Laporan survei penilaian penularan filariasis (TAS-3) di Kabupaten Tangerang. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2018.

12. Rao RU, Nagodavithana KC, Samarasekera SD, Wijegunawardana AD, Premakumara WD, Perera SN et al. A comprehensive assessment of lymphatic filariasis in Sri Lanka six years after cessation of mass drug administration. PLoS Negl Trop Dis 2014; 8(11):e3281. doi:101371/journal.pntd 0003281.

13. Simonsen PE, Derua YA, Magesa SM, Pedersen EM, Stensgaard AS, Malecela MN, et al. Lymphatic filariasis control in Tanga Region, Tanzania: status after eight rounds of mass drug administration. Parasit Vectors. 2014;7:507. doi: 10.1186/s13071-014-0507-5.

14. Upadhyayula SM, Mutheneni SR, Kumaraswamy S, Kadiri MR, Pabbisetty SK, Yellepeddi VS. Filaria monitoring visualization system: a geographical information system-based application to managelymphaticfilariasis in Andhra Pradesh, India. Vector Borne ZoonoticDis. 2012;12(5):418–27. doi: 10.1089/vbz.2011.0713.

15. Ipa M, Prasetyowati H, Hendri J, Hodijah DN, Astuti EP, Ridwan W, et al. Studi evaluasi eliminasi filariasis (Multicenter) Kabupaten Tangerang Provinsi Banten [Laporan Penelitian]. Pangandaran: Loka Litbang P2B2 Ciamis; 2017.

16. Monintja TCN. Hubungan antara karakteristik individu, pengetahuan dan sikap dengan tindakan PSN DBD masyarakat Kelurahan Malalayang I Kecamatan Malalayang Kota Manado. JIKMU. 2015;5(2b):503-19.

17. Jatmiko YA. Pengaruh karakterisitik masyarakat terhadap partisipasi pemeliharaan saluran lingkungan di Desa Bandungrejo, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. J Pembang Wil Kota. 2017;13(2):257–68.

18. Hayana, Marlina H, Kurnia A. Hubungan karakteristik individu dan lingkungan sosial terhadap perilaku buang air besar sembarang. J Kesehat Komunitas. 2018;4(1):8–15. doi:10.25311/keskom.Vol4.Iss1.195.

19. Mufidati H. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat mengenai filariasis di RW 03 Desa Cimanggis [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah; 2016.

20. Tombokan V, Rattu AJM, Tilaar CR. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pasien diabetes melitus pada praktek dokter keluarga di Kota Tomohon. JIKMU. 2015;5(3):260-9.

21. Nurlaila, Ginandjar P, Martini. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan masal di kelurahan non endemis filariasis Kota Pekalongan. J Kesehat Masy. 2017;5(4):455-66.

22. Normadewi B. Analisis pengaruh jenis kelamin dan tingkat pendidikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi dengan love of money sebagai variabel intervening [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2012.

23. Iswanto F, Rianti E, Musthofa SB. Faktor- faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan filariasis pada masyarakat di Kecamatan Bonang Kabupaten Demak. J Kesehat Masy. 2017;5(5):990-99.

24. Nurlaila, Ginandjar P, Martini. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan masal di kelurahan non endemis filariasis Kota Pekalongan. J Kesehat Masy. 2017;5(4):455–66.

25. Arini, Saraswati LD, Ginandjar P, Martini. Prevalensi filariasis dan gambaran pengobatan masal di wilayah kerja Puskesmas Jembatan Mas Kabupaten Batang Hari. J Kesehat Masy. 2018;6(1):178–90.

26. Sakinah E. Perilaku dalam pencegahan filariasis di wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh Kabupaten Muaro Jambi tahun 2014. Sci J. 2015;4(1):37–43.

27. Patel PK. Mass drug administration coverage evaluation survey for lymphatic filariasis in Bagalkot and Gulbarga Districts. Indian J Community Med. 2012;37(2):101-6. doi: 10.4103/0970-0218.96095.

28. Santoso, Taviv Y, Yahya, Mayasari R. Pengaruh promosi kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat tentang filariasis. Bul Penelit Sist Kesehat. 2014;17(2):167–76.

29. Utami NW. Pengaruh promosi kesehatan tentang filariasis terhadap sikap masyarakat dalam upaya pencegahan penyakit filariasis di daerah pantura Kabupaten Subang [Skripsi]. Sukoharjo: Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015.

30. Andriani S. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan minum obat filariasis di Desa Kenual Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi Tahun 2015 [Skripsi]. Pontianak: Universitas Muhammadiyah Pontianak; 2015.

31. Silumbwe A, Zulu JM, Halwindi H, Jacobs C, Zgambo J, Dambe R, et al. A systematic review of factors that shape implementation of mass drug administration for lymphatic filariasis in sub-Saharan Africa. BMC Public Health. 2017;17(1):484. doi: 10.1186/s12889-017-4414-5.

32. Ipa M, Astuti EP, Hakim L, Fuadzy H. Analisis cakupan obat massal pencegahan filariasis di Kabupaten Bandung dengan pendekatan model sistem dinamik. BALABA. 2016;12(1):31–8. doi: 10.22435/balaba.v12i1.4470.31-38.

33. Srivastava PK, Krishamoorthy K, Govenkar S, Perni S, Dalvi S, Subramanain S, et al. Elimination of lymphatic filariasis in Goa: first successful transmission assessment survey in India. J Commun Dis. 2014;46(2):7–16.

34. Shamsuzzaman AK, Haq R, Karim MJ, Azad MB, Mahmood AS, Khair A, et al. The significant scale up and success of transmission assessment surveys ‘TAS‘ for endgame surveillance of lymphatic filariasis in Bangladesh: one step closer to the elimination goal of 2020. PLoS Negl Trop Dis. 2017;11(1):e0005340. doi: 10.1371/journal.pntd.0005340.

35. Khieu V, Or V, Tep C, Odermatt P, Tsuyuoka R, Char MC, et al. How elimination of lymphatic filariasis as a public health problem in the Kingdom of Cambodia was achieved. Infect Dis Poverty. 2018;7(1):15. doi: 10.1186/s40249-018-0394-7.

36. Ojha CR, Joshi B, Prakash K, Dumre SP, Yogi KK, Bhatta B, et al. Impact of mass drug administration for elimination of lymphatic filariasis in Nepal. PLoS Negl Trop Dis. 2017;11(7):e0005788. doi:10.1371/journal.pntd.0005788.

37. Aye NN, Lin Z, Lon KN, Nwe TW, Mon KM, Ramaiah K, et al. Mapping and modelling the impact of mass drug adminstration on filariasis prevalence in Myanmar. Infect Dis Poverty. 2018;7(1):56. doi: 10.1186/s40249-018-0420-9.

38. Srividya A, Subramanian S, Jambulingam P, Vijayakumar B, Dinesh Raja J. Mapping and monitoring for a lymphatic filariasis elimination program: a systematic review. Res Rep Trop Med. 2019;10:43–90. doi:10.2147/RRTM.S134186.
Published
2019-11-28
How to Cite
1.
Prasetyowati H, Hodijah D, Ipa M, Hendri J. Pengetahuan dan Karakteristik Individu: Studi Cakupan Kepatuhan Minum Obat Paska Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis di Kabupaten Tangerang. blb [Internet]. 28Nov.2019 [cited 27Apr.2024];15(2):179-90. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/blb/article/view/1975
Section
Articles