Gambaran Angka Prevalensi Mikrofilaria di Kabupaten Banyuasin Pasca Pengobatan Massal Tahap III

  • Reni Oktarina Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Baturaja, Jl. A. Yani km. 7 Kemelak, Baturaja – Sumatera Selatan, Indonesia
  • Santoso Santoso Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Baturaja, Indonesia
  • Yulian Taviv Loka Litbang Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Baturaja, Indonesia
Keywords: filariasis, microfilaria rate, microfilaria density

Abstract

Filariasis is a chronic infectious disease that can cause permanent disability. One effort to  interrupt transmission of filariasis is the Mass Drug Administration filariasis (MDA filariasis) in endemic areas of filariasis for 5 years. In 2012, MDA filariasis was carried out in all regions of Banyuasin. After treatment the 3rd year, it is necessary to evaluate the prevalence of microfilaria and microfilaria density. This activity  was conducted by finger blood survey to people who’s living in sentinel and spot villages. This study selected  930 people  for SDJ activities The test results obtained  4 positive of microfilaria Brugia malayi. The prevalence or microfilaria rate (Mf rate) in the village of sentinel was 0,96 with microfilaria density were 938/mL of blood, Mf rate in spot village was 0.31 with a microfilaria density were 217.75/mL of blood, while the Mf rate district was 0.43 with a microfilaria density were 716.06/mL of blood. People who suffer filiariasis mostly are  farmers/fishermen. The prevalence of microfilariae in Banyuasin decreased, but the risk of transmission can still occur because of the density of microfilariae found> 50/mL of blood.

References

1. Kemenkes RI. Penentuan dan Evaluasi Daerah Endemis Filariasis. In: Pedoman Program Eliminasi Filariasis Di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012:1-47.

2. Dirjen PP&PL. Profil Subdit Filariasis Dan Schistomiasis Tahun 2010. Jakarta; 2010.

3. Dinkes Kabupaten Banyuasin. Laporan Tahunan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan. Banyuasin; 2010.

4. Santoso, Ambarita LP, Oktarina R, Sudomo. Epidemologi Filariasis di Desa Sungai Rengit Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin Tahun 2006. Buletin Penelitian Kesehatan. 2008;36(2):59-70.

5. Dirjen PP&PL. Pedoman Pengobatan Massal Penyakit Kaki Gajah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2008.

6. Tomar, Kusnanto H. Proses Pengobatan Massal Filariasis di Kepulauan Mentawai. Working paper series: Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 2007.

7. Kemenkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 94/Menkes/SK/2014. Tentang Penanggulangan Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Jakarta; 2014.

8. Santoso, Taviv Y. Situasi Filariasis Setelah Pengobatan Massal di Kabupaten Muaro Jambi, Jambi. Buletin Penelitian Kesehatan. 2014;42(3):153-160.

9. Pahlepi RI, Santoso P DE. Survei Darah Jari Filariasis di Desa Batumarta X Kec . Madang Suku III Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan Tahun 2012. Media Litbangkeskes. 2014;24(3):117-122.

10. Sopi IIP, Anyana NWD. Cakupan Pengobatan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun 2011. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2013;12(1):19-24.

11. Garjito TA, Jastal, Rosmini, Anastasia H, Srikandi Y, Labatjo Y. Filariasis dan Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penularan nya di Desa Pangku-Tolole Kecamatan Ampibabo, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Vektora. 2013;V(2):54-65.

12. Santoso, Sitorus H, Oktarina R. Faktor Risiko Filariasis di Kabupaten Muaro Jambi. Buletin Penelitian Kesehatan. 2013;41(3):152-162.

13. Rahayu N, Suryatinah Y, Setyaningtyas DE, Sulasmi S. Faktor Terjadinya Penularan Filariasis di Puskesmas Lasung Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. Jurnal Buski. 2014;5(2):101-106.

14. Ambarita LP, Sitorus H. Studi Komunitas Nyamuk di Desa Sebubus (Daerah Endemis Filariasis), Sumatera Selatan Tahun 2004. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2006;5(1):368-375.

15. Edyansyah E, Sumarni S. Epidemiology of filariasis malayi in Muara Padang Village, Muara Padang SubDistrict, Banyuasin District, South Sumatra, Indonesia. J Med Sci, 2012;44(1):111-116.

16. Santoso, Yahya, Salim M. Penentuan Jenis Nyamuk Mansonia Sebagai Tersangka Vektor Filariasis Brugia malayi dan Hewan Zooosis di Kabupaten Muaro Jambi. Media Litbangkes. 2014;24(4):181-190.

17. Santoso, Nungki Hapsari Suryaningtyas. Spesies Mikrofilaria pada Penderit Kronis Filariasis Secara Mikroskopis Dan Polymerase Chain Reaction (pcr) di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Media Litbangkes, 2015Vol. 25(4), 249 - 256.

18. Salim F M, Satoto Tunggul B.T, Kusnanto Hari Zona Kerentanan Filariasis Berdasarkan Faktor Risiko dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis. Journal of Information Systems for Public Health, 2016 Vol. (1) ; 16-24

19. Bondan Fajar Wahyudi, Nova Pramestuti Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. BALABA Vol.12 No.1, Juni 2016: 55-60

20. Atmosoedjo S, Partorno F, Dennis DT, Purnomo. Anopheles barbirotris as vektor of the Timor Filarial in Flores: Preliminary observation. J Med Public. 1977;13:611-613.

21. Santoso, Saikhu A, Taviv Y, Yuliani RC, Mayasari R, Supardi. Kepatuhan Masyarakat terhadap Pengobatan Massal Filariasis di Kabupaten Belitung Timur Tahun 2008. Buletin Penelitian Kesehatan. 2008;38(4):185-197.

22. Santoso, Taviv Y, Yahya, Mayasari R. Pengaruh Promosi Kesehatan terhadap Pengetahuan Sikap dan Perilaku Masyarakat Tentang Filariasis. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2014;17(2):167-176.

23. Santoso, Yenni A, Oktarina R, Wurisatuti T. Efektivitas Pengobatan Massal Fitariasis Tahap ll Menggunakan Kombinasi DEC dengan Albendazole terhadap Brugia Malayi Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2015;18(2):161-168.

24. Astuti EP, Ipa M, Wahono T, Ruliansyah A. Analisis perilaku masyarakat terhadap kepatuhan minum obat filariasis di tiga desa Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung tahun 2013. Media Litbangkes. 2014;24(4):199–208

25. Sitorus H, Ambarita P. Lasbudi, Arisanti. M, Manalu S.H. Pengetahuan Tokoh Masyarakat dan Kader Kesehatan Tentang Program Eliminasi Filariasis Limfatik di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi. ASPIRATOR, 8(2), 2016, pp. 93-100
Published
2018-08-21
How to Cite
1.
Oktarina R, Santoso S, Taviv Y. Gambaran Angka Prevalensi Mikrofilaria di Kabupaten Banyuasin Pasca Pengobatan Massal Tahap III. blb [Internet]. 21Aug.2018 [cited 28Apr.2024];13(1):11-0. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/blb/article/view/237
Section
Articles