Gambaran Kesadaran Masyarakat terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia

  • Ingan Ukur Tarigan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Indonesia
  • Anni Yulianti Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Jalan Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Indonesia
Keywords: rokok, perokok pasif, pengendalian tembakau, igarette exposure, passive smokers, tobacco control

Abstract

Abstrak

Merokok merupakan salah satu faktor risiko terhadap penyakit yang membahayakan, seperti jantung, stroke, kanker, dan lain sebagainya. Perilaku masyarakat khususnya perokok aktif yang merokok di sembarangan tempat masih cukup memprihatinkan. Perokok membebankan risiko merokok bukan hanya pada diri sendiri tetapi juga kepada orang lain yang ada di sekitarnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan data GATS (Global Adult Tobacco Survey) 2011, dimana desain penelitian adalah cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan teknik sampling proportional probabilitas to size (PPS). Hasil dari analisis antara lain: masyarakat yang terpapar rokok di dalam rumah lebih banyak pada kelompok laki-laki dibandingkan perempuan, yang terbanyak pada kelompok umur 45-64 tahun dengan pendidikan tidak tamat SD, tempat tinggal di pedesaan, dan pekerjaan wiraswasta. Kebijakan keluarga yang mengizinkan merokok dalam rumah sebesar 46,9%, dan seseorang yang merokok dalam rumah setiap hari mencapai 62,5%. Masyarakat yang terpapar rokok di ruang kerja sebesar 51,4%, dan kantor yang mengizinkan merokok dalam ruang kerja sebesar 38,4% dan yang tidak ada kebijakan sebesar 19,8%. Terpapar rokok di kantor pemerintahan 66,4%, di universitas 55,3%, di sekolah atau fasilitas pendidikan lainnya 40,3%, di fasilitas keagamaan 17,9%, di fasilitas kesehatan 18,4%, di bar atau klub 91,8%, dan transportasi umum 70,8%. Hasil ini dapat menjadi data dasar untuk mengembangkan intervensi program pengendalian tembakau yang efektif, termasuk menyediakan layanan berhenti merokok, terutama di fasilitas kesehatan. Pemerintah pusat dan daerah perlu meningkatkan sosialisasi tentang bahaya merokok di tempat-tempat umum dan dampaknya terhadap masyarakat khususnya yang bukan perokok; yaitu dengan membuat peraturan yang jelas dan tegas tentang pelarangan merokok di tempat-tempat umum dan memberikan sangsi yang tegas terhadap yang melanggar peraturan tersebut. Upaya layanan berhenti merokok dapat dilaksanakan dengan meningkatkan kegiatan promosi oleh tenaga kesehatan, sosialisasi ‘Quitline’ Kementerian Kesehatan, skrining CO2, bantuan konseling dan mengembangkan metode terapi berhenti merokok bagi para perokok aktif di berbagai fasilitas kesehatan yang tersedia.

Kata kunci: rokok, perokok pasif, pengendalian tembakau

Abstract

Smoking is one of the risk factors for severe diseases, such as heart disease, stroke, cancer, and so on. The behavior of active smokers who smoke arbitrarily at many public places is still quite alarming. Smokers impose the risk of smoking not only on themselves but also to others around them. The analysis was performed using GATS (Global Adult Tobacco Survey) 2011 data, where the research design was cross-sectional. The sample selection uses a proportional probability to size (PPS) sampling technique. The results of the analysis show people who are exposed to cigarettes in the house are mostly males than females with the characteristics were at age groups 45-64 years old, educational level was not completed elementary school, living in rural areas, and self-employee. Family policies that allow smoking in the home were 46.9%, and someone who smokes in the house every day reaches 62.5%. People who are exposed to cigarettes in the workspace were 51.4% and offices that allow smoking in the workspace were 38.4% and those without any ‘free smoking area’ policy were 19.8%. Exposure to cigarettes was 66.4% in government offices, 55.3% in universities, 40.3% in schools or other educational facilities, 17.9% in religious facilities, 18.4% in health facilities, 91.8% in bars or clubs, and 70.8% in public transportation. These results could be a reference or base evidence in developing an effective tobacco control program, including providing smoking cessation services. Central and local governments need to increase awareness about the risk of smoking in public places and their impact on public health, especially for non-smokers, by issuing a strict regulation on free smoking areas in public places and enforce punishment to people who violate these regulations. The efforts to stop smoking services can be implemented by increasing promotion activities by health workers, socialization of the Ministry of Health 'Quitline', CO2 screening, counseling assistance and developing methods of smoking cessation therapy for active smokers in existing health facilities.

Keywords: cigarette exposure, passive smokers, tobacco control

References

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Aditif Berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan.

TCSC - IAKMI. FAKTA TEMBAKAU dan permasalahannya di Indonesia [Internet]. 2014. 189 p. Available from: http://www.tcsc-indonesia.org/wp-content/uploads/2016/06/Buku-Fakta-Tembakau-2014__Web-Version.pdf

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional Riskesdas 2007 [National Report on Basic Health Research 2007]. Kemenkes RI. 2008;1–384.

Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS 2010). Lap Nas 2010. 2010;78.

World Health Organization RO for S-EA. Global adult tobacco survey: Indonesia report 2011 [Internet]. New Delhi PP - New Delhi: WHO Regional Office for South-East Asia; 2012. Available from: https://apps.who.int/iris/handle/10665/205137

Byron MJ, Suhadi DR, Hepp LM, Avila-Tang E, Yang J, Asiani G, et al. Secondhand tobacco smoke in public venues in three Indonesian cities. Med J Indones [Internet]. 2013 Dec 13;22(4 SE-Community Research). Available from: https://mji.ui.ac.id/journal/index.php/mji/article/view/606

Azkha N. Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Perda Kota Tentang Kawasan Tanpa Rokok (Ktr) Dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif Di Sumatera Barat Tahun 2013. Kebijak Kesehat Indones. 2013;02(04):171–9.

Marchel YA. Implementasi Kawasan Tanpa Rokok Sebagai Pencegahan Merokok Pada Remaja Awal. J PROMKES. 2019;7(2):144.

Sihombing M, Notohartojo IT. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2013). J Ekol Kesehat. 2015;14(4):284–95.

Permitasari NPAL, Satibi S, Kristina SA. National burden of cancers attributable to secondhand smoking in Indonesia. Asian Pacific J Cancer Prev. 2018;19(7):1951–5.

Öberg M, Jaakkola MS, Woodward A, Peruga A, Prüss-Ustün A. Worldwide burden of disease from exposure to second-hand smoke: A retrospective analysis of data from 192 countries. Lancet. 2011;377(9760):139–46.

Chen J, Wang MP, Wang X, Viswanath K, Lam TH, Chan SS. Secondhand smoke exposure (SHS) and health-related quality of life (HRQoL) in Chinese never smokers in Hong Kong. BMJ Open. 2015;5(9):16–8.

Published
2019-09-06
How to Cite
Tarigan, I., & Yulianti, A. (2019). Gambaran Kesadaran Masyarakat terhadap Kawasan Tanpa Rokok di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 3(2), 123-130. https://doi.org/10.22435/jpppk.v3i2.2655
Section
Articles