PENGEMBANGAN BISKUIT MPASI BERBAHAN DASAR BERBAGAI MACAM TEPUNG SEBAGAI PRODUK INOVASI MPASI

  • Paramitha Wirdani Ningsih Marlina
  • Raden Roro Dwi Agustine Maulianti
  • Maria Meylan Yuliany Fernandez
Keywords: MP-ASI, Tepung Kacang Merah, Tepung Wijen, Biskuit, Fosfor.

Abstract

Latar Belakang. Masa balita merupakan periode emas pertumbuhan dan perkembangan manusia. Kebanyakan masalah gizi yang terjadi saat ini akibat tidak seimbangnya asupan makanan yang dikonsumsi oleh balita baik secara makro maupun mikro. Perlu dikembangkan biskuit Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) berbahan pangan lokal yang dapat memenuhi kebutuhan gizi mikro. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formulasi, menguji daya simpan, menganalisis kandungan zat gizi, dan menguji penerimaan konsumen dari biskuit yang dikembangkan, yaitu; berbasis campuran tepung terigu (TT), tepung ubi jalar ungu (TUJU), tepung kacang merah (TKM), dan tepung wijen (TW) sebagai alternatif produk MPASI. Metode. Desain penelitian adalah studi eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian dilakukan pada Mei-Juli 2017 di Laboratorium Gizi Kuliner STIK Sint Carolus dan Saraswati Indo Genetech, Bogor. Tahapan penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu perancangan formula produk MPASI, analisis kandungan zat gizi dan uji daya simpan produk, serta analisis organoleptik dan penentuan produk terpilih. Data dianalisis menggunakan uji Kruskall Wallis untuk mengetahui perbedaan yang dimiliki oleh tiap produk yang dihasilkan. Hasil. Formulasi penambahan maksimal didapat dari tepung wijen dan tepung kacang merah sebesar 7,5 persen. Produk biskuit yang terpilih oleh 51,35 persen panelis adalah biskuit F367 dengan komposisi TT 30 persen, TUJU 60 persen, TKM 2,5 persen, dan TW 7,5 persen. Terdapat pengaruh yang signifikan terhadap warna, rasa, dan mutu tekstur dengan p-value ≤0,05. Hasil analisis kandungan zat gizi biskuit MPASI F367 seperti kadar abu, protein dan karbohidrat, fosfor, dan energi sudah memenuhi standar SNI 01-7111.2-2005. Daya simpan produk berlangsung selama 42 hari dengan mutu kerenyahan tergolong cukup renyah. Kesimpulan. Formulasi terpilih adalah F367 yang terdiri dari TT 30 persen, TUJU 60 persen, TKM 2,5 persen, dan TW 7,5 persen sebagai produk MPASI. Produk F367 ini dapat menjadi alternatif produk MPASI.

References

Fikawati S, Syafiq A, Karima K. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2015.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013.

Black RE, Victoria CG, Walker SP, Bhutta ZA, Christian P, Uauy R, et al. Maternal and Child Undernutrition and Overweight in Low-Income and Middle-Income Countries. Lancet. 2013; 382(9890): 427-51.

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Situasi Gizi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI; 2016.

Souganidis E. The Relevance of Micronutrients to the Prevention of Stunting. Sight and Life. 2012; 26(2): 10-8.

Stuijvenberg ME, Nel J, Schoeman SE, Lombard CJ, du Plessis LM, Dhansay MA. Low Intake of Calcium and Vitamin D, but Not Zinc, Iron or Vitamin A, is Associated with Stunting in 2-5 Years Old Children. Nutrition. 2015;31:841-6.

Mikhail WZA, Sabhy HM, El-sayed HH, Khairy SA, Salem HYHA, Samy MA. Effect of Nutritional Status on Growth Pattern of Stunted Preschool Children in Egypt. Acad J Nutr. 2013; 2(1):1-9.

Departemen Kesehatan. Pedoman Umum Pemberian MPASI Lokal Tahun 2006. Jakarta: Direktorat RI; 2006.

Suswono. Sukun Solusi Alternatif Atasi Krisis Pangan dan Mitigasi Dampak Perubahan Iklim. Jakarta: PT. Shang Hyang Seri; 2010.

Mayasari R. Kajian Karakteristik Biskuit yang Dipengaruhi Perbandingan Tepung Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) dan Tepung Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.).Skripsi. Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan. Bandung; 2015.

Badan Standarisasi Nasional. Standar Nasional Indonesia (SNI) Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) – Bagian 2: Biskuit (Nomor 01-7111.2-2005). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional; 2005.

Wani YA, Farina A, Wahyuni ES. Peningkatan Kadar Kalsium dengan Penambahan Tepung Wijen pada Cake Ampas Tahu. Indonesian Journal of Human Nutrition. 2015; 2:101-7.

United States Department of Agriculture. USDA National Nutrient Database for Standard Reference. Diunduh dari:http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi-bin/list_nut_edit.pl. tanggal 3 April 2017.

Karisma VW. Pengaruh Penepungan, Perebusan, Perendaman Asam, dan Fermentasi Terhadap Komposisi Kimia Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.).Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor: 2014.

Bukya A, Vijaykumar TP. Properties of Industrial Fractions of Sesame Seed (Sesamum indicum L.) International Journal of Agricultural and Food Science.2013; 2(3): 86-9.

Sartika RAD. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2008; 2(4): 154-160.

Herawati H. Penentuan Umur Simpan pada Produk Pangan. Jurnal Litbang Pertanian. 2008; 27(4):124-6.

Rahayu WP, Nababan H, Budijanto S, Syah D. Pengemasan, Penyimpanan dan Pelabelan. Jakarta: Badan Pengawasan Obat dan Makanan; 2003.

Adriano G, Rafael S, Eduardo H, Walter, Amir M, Granato D, et al. Sensory Analysis: Relevance for Prebiotic, Probiotic, and Synbiotic Product Development. Food Science and Food Safety. 2010; 9(4): 358-73.

Amanah S. Kualitas dan Daya Terima Nagasari Padat Gizi sebagai Makanan Anak Balita. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang. Padang; 2015.

Published
2019-01-22
How to Cite
1.
Marlina P, Maulianti R, Fernandez M. PENGEMBANGAN BISKUIT MPASI BERBAHAN DASAR BERBAGAI MACAM TEPUNG SEBAGAI PRODUK INOVASI MPASI. mgmi [Internet]. 22Jan.2019 [cited 5May2024];10(1):27-8. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/mgmi/article/view/587