GOOD HOUSE-KEEPINGDI IKM GARAM BERYODIUM MELALUI PENERAPAN PENCUCIAN GARAM BERTINGKAT UNTUK MENJAGA KESTABILAN KIO3DAN PEMENUHAN KADAR NaCl

  • Nilawati Nilawati
  • Marihati Marihati Balai Besar Teknologi Pendegahan Pencemaran Industri
Keywords: Good House-Keeping , pencucian bertingkat,, kestabilan KIO3

Abstract

Latar Belakang. Good House Keeping (GHK) atau pengelolaan internal yang baik bermanfaat untuk mengefisiensikan pemakaian bahan baku, air dan energi melalui perencanaan produksi secara maksimal. Penelitian ini bertujuan menerapkan GHK melalui inovasi teknologi sistem pencucian bertingkat untuk mendapatkan rasio pencucian antara bahan baku dan air yang digunakan untuk pencucian garam dengan rasio terendah. Pencucian berfungsi untuk menghilangkan senyawa-senyawa impuritis sehingga nantinya garam yang telah dicuci untuk dijadikan garam konsumsi beriodium dapat meningkat kadar NaCl-nya dan terjaga stabilitas KIO3 selama penyimpanan. Metode. Penelitian dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama adalah proses pencucian garam bahan baku mengunakan larutan garam 180 Be dengan variabel ke-satu adalah sistem pencucian satu tingkat dan tiga tingkat, serta variabel ke-dua rasio berat garam yang dicuci berbanding pemakaian larutan pencuci (1:2) , (1:3) , (1:5) dan (1:7). Tahap kedua adalah proses iodisasi dengan pengamatan waktu penyimpanan garam beriodium selama 0, 1, 2, dan 3 bulan. Hasil. Good House Keeping melalui pencucian garam tiga tingkat dapat meningkatkan NaCl garam rata-rata dari bahan baku 85,20 persen menjadi 88,35 persen untuk pencucian satu tingkat dan 96,78 persen untuk pencucian tiga tingkat. Rasio 1:3, merupakan perlakuan terbaik. Berat garam yang diperoleh setelah pencucian satu tingkat adalah 77,13 persen dan tiga tingkat 81,45 persen, jadi kehilangan garam pada pencucian satu tingkat adalah 22,87 persen dan tiga tingkat 18,55 persen. Kandungan KIO3 selama masa penyimpanan 3 bulan untuk pencucian satu tingkat adalah 48,4 ppm menjadi 41,0 ppm sedangkan tiga tingkat adalah 48,2 ppm turun menjadi 43,0 ppm. Jadi kehilangan KIO3 pada pencucian satu dan tiga tingkat masing-masing 15,3 persen dan 10,8 persen. Kesimpulan. Hasil penerapan GHK melalui inovasi pencucian bertingkat diperoleh hasil bahwa kadar NaCl garam pada sistem pencucian tiga tingkat lebih tinggi dibanding satu tingkat. Garam pencucian sistem satu tingkat belum memenuhi persyaratan SNI 01-3556-2010 sedangkan tiga tingkat sudah sesuai. Kehilangan garam pada pencucian sistem tiga tingkat lebih kecil dibandingkan pencucian satu tingkat.

References

Kementerian Lingkungan Hidup. Panduan Produksi Bersih dan Sistem Manajemen Lingkungan untuk Usaha/Industri Kecil dan Menengah. Jakarta: Deputi Bidang Pembinaan dan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan; 2003.

Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-3556-2010, Garam Konsumsi Beryodium. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional; 2010.

Marihati dan Nilawati. Pengelolaan Internal dan Optimasi Proses Produksi di IKM Garam Beryodium Menuju Perolehan Sertifikat SNI Produk. Seminar Nasional Pangan Lokal Bisnis dan Eko Industri. UPGRIS. Semarang: 1 Agustus 2015.

Nilawati dan Marihati. Pemurnian dan Yodisasi In Situ Pengolahan Limbah Padat Blotong menjadi Garam Konsumsi di Industri Garam beryodium. Jurnal Biopropal Industri. 2015;6(2):43-87.

Marihati, Nani H, Syarifudin EN, Muryati, Nilawati, Rizal AM. Teknologi Pencucian Garam Bahan Baku sebagai Upaya Peningkatan Kadar NaCl dan Minimisasi Limbah Cair pada IKM Garam Beryodium UD Kalian, Kecamatan Batangan, Kabupaten Pati. Laporan Penelitian. Semarang: Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri; 2016.

Setyopratomo P, Siswanto, Wahyudi, Ilham, Heru S. Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl dengan Cara Rekristalisasi.Unitas. ISSN 0854-3097 .Surabaya. 2003;11 (2):17-28. Diunduh dari http://repository.ubaya.ac.id/28/

Serra CMJ, Serra SA. Purification and Refining Salt for Chemical and Human Consumption. Barcelona Spain; Salt Engineers. Salt Machinery Montseny-Pol. Ind; 2005.

Mannar MGV, Dunn JT. Salt Iodization for the Elimination of Iodine Deficiency. Netherlands: International Council for Control Iodine Deficiency Disorders; 1995.

Sulistyaningsih TW, Sugiyo SM, Sedyawati R. Pemurnian Garam Dapur melalui Metode Kristalisasi Air Tua dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4 dan NaHCO3 dan Na2C2O4 dan Na2CO3. Jurnal Sain dan Teknologi. 2011;8(1).26-33.

Rathnayaka DDT, Vidanage PW, Wasalathilake KC, Wickramasingha HW, Wijayarathne UPL, Perera SAS. Development of a Process to Manufacture High Quality Refined Salt from Crude Solar Salt. International Journal of Chemical, Molecular, Nuclear, Materials and Metallurgical Engineering. 2013;7(12).1009-14

Maswati, Ambo U, Prastawa B. Analisis Pengaruh Kandungan Zat Pengotor dan Zat Pereduksi terhadap Kestabilan KIO3 pada Garam Konsumsi. Marina Chimica Acta. 2003:4 (2):13–17.

Marihati. Penerapan SNI Produk di IKM Garam Beryodium. Semarang: Raffi Sarana Perkasa; 2013.

Sedivy VM. Upgrading and Refining of Salt for Chemical and Human Consumption. Zurich, Switzerland: Salt Partners; 2006.

Badan Standarisasi Nasional. SNI 01-4435-2000 Garam Bahan Baku untuk Industri Garam Beryodium. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional; 2000.

UNICEF. Feasibility Study on Salt-Iodization using Hand-Spray. Report. Submitted to Unicef Indonesia , Ministry of Industry- Seameo Tropmed RCCN University of Indonesia, Jakarta. 2006.

Sugiani H, Previanti P, Sukrido, Pratomo U. Penentuan Pengaruh Pemanasan dan Waktu Penyimpanan Garam Beriodium terhadap Kalium Iodat. Chemica et Natura Acta. 2015:3(2).66-9.

Saksono N. Studi Pengaruh Proses Pencucian Garam terhadap Komposisi dan Stabilitas Yodium dalam Garam Konsumsi. Makara Teknologi. 2002:6(1).07-16

Published
2018-12-19
How to Cite
1.
Nilawati N, Marihati M. GOOD HOUSE-KEEPINGDI IKM GARAM BERYODIUM MELALUI PENERAPAN PENCUCIAN GARAM BERTINGKAT UNTUK MENJAGA KESTABILAN KIO3DAN PEMENUHAN KADAR NaCl. mgmi [Internet]. 19Dec.2018 [cited 8May2024];8(2):117-26. Available from: http://ejournal2.litbang.kemkes.go.id/index.php/mgmi/article/view/999