PERILAKU HIGIENE PRIBADI TERHADAP KECACINGAN PADA MURID SDN MUARA PAGATAN UJUNG, KECAMATAN KUSAN HILIR KABUPATEN TANAH BUMBU
Abstract
Penularan kecacingan pada anak usia sekolah dasar dapat terjadi dikarenakan perilaku higiene pribadi yang kurang baik. Salah satu kunci keberhasilan penanggulangan kecacingan adalah dengan memperbaiki perilaku higiene pribadi pada masyarakat terutama pada kelompok yang paling rentan tertular yaitu anak usia sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi kecacingan pada murid SDN Muara Pagatan Ujung serta mengidentifikasi faktor perilaku anak dalam menjaga kebersihan pribadi yang diduga berisiko terhadap penularan kecacingan. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan di SDN Muara Pagatan Ujung, Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu pada bulan Desember tahun 2016. Sampel merupakan total sampling dari seluruh populasi siswa SDN Muara Pagatan Ujung. Data yang dikumpulkan berupa hasil pemeriksaan feses dan hasil wawancara pada siswa. Diketahui prevalensi kecacingan sebesar 13%. Hasil wawancara beberapa faktor perilaku higiene siswa terhadap kecacingan yang masih cukup tinggi yaitu tidak menggunakan alas kaki setiap keluar rumah (54%), tidak mencuci tangan dan kaki setelah bermain di tanah (47%) dan tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan (50%). Perlu dilakukan edukasi pada siswa secara intensif mengenai pentingnya menjaga kebersihan pribadi terutama kebiasaan mencuci tangan dan kaki yang diiringi dengan pengadaan fasilitas pendukung kebersihan di sekolah seperti tempat cuci tangan dengan sabun dan adanya peraturan yang mengharuskan siswa untuk selalu memakai alas kaki.
References
Blair P, Diemert D. Update on Prevention and Treatment of Intestinal Helminth Infections. Curr Infect Dis Rep. 2015;17(12).
Indriyati L, Waris L, Luciasari E. Kerugian Finansial Akibat Kecacingan: Studi di Kabupaten Nunukan. Penel Gizi Makan. 2014;37(2):155–60.
World Health Organization. Soil-transmitted helminth infections [Internet]. 2019. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/soil-transmitted-helminth-infections
Paisal, Hairani B, Hariyati E, Indriyati L. Dampak tingginya prevalensi Trichuris trichiura terhadap kebijakan pengobatan massal kecacingan di tiga SD di Kabupaten Tanah Bumbu. J Kebijak Pembang. 2017;12(1):77–83.
Jaya IKS, Romadilah. Hubungan infeksi kecacingan dan perilaku higiene pribadi dengan kadar hemoglobin (Hb) Siswa SDN 51 Cakranegara Kota Mataram Tahun 2013. Media Bina Ilm. 2013;7(1978–3787):42–5.
Martila M, Sandy S, Paembonan N. Hubungan Higiene Perorangan dengan Kejadian Kecacingan pada Murid SD Negeri Abe Pantai Jayapura. J Plasma. 2017;1(2):87–96.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 15 tahun 2017 tentang penanggulangan cacingan. 2017 p. 78.
Ziegelbauer K, Speich B, Mäusezahl D, Bos R, Keiser J, Utzinger J. Effect of sanitation on soil-transmitted helminth infection: Systematic review and meta-analysis. PLoS Med. 2012;9(1).
Ojurongbe O, Oyesiji K, Ojo J, Odewale G, Adefioye O, Olowe A, et al. Soil transmitted helminth infections among primary school children in Ile-Ife Southwest , Nigeria : A cross- sectional study. Int Res J Med Med Sci. 2014;2(1):6–10.
Salim N, Schindler T, Abdul U, Rothen J, Genton B, Lweno O, et al. Enterobiasis and strongyloidiasis and associated co-infections and morbidity markers in infants, preschool- and school-aged children from rural coastal Tanzania: A cross-sectional study. BMC Infect Dis. 2014;14(1):1–17.
Juhairiyah; Hairani, B Indriyati L. Prevalensi Infeksi Cacing pada Murid Sekolah Dasar Negeri 1 Harapan Maju Kecamatan Karang Bintang Kabupaten Tanah Bumbu. Spirakel. 2017;9(1):27–33.
Faridan K, Malinae L, Audhah N Al. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kecacingan pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cempaka 1 Kota Banjarbaru. J Buski. 2013;4(3):121–7.
Ahmed A, Al-Mekhlafi HM, Choy SH, Ithoi I, Al-Adhroey AH, Abdulsalam AM, et al. The burden of moderate-to-heavy soil-transmitted helminth infections among rural malaysian aborigines: An urgent need for an integrated control programme. Parasites and Vectors. 2011;4(1):242.
Chadijah et al. Kejadian penyakit cacing usus di Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Buski. 2013;4(4):181–7.
Semuel Sandy, Sri Sumarni S. Analisis Model Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Infeksi Kecacingan Yang Ditularkan Melalui Tanah Pada Siswa Sekolah Dasar Di Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua. Media Penelit dan Pengemb Kesehat. 2015;25(1):1–14.
Sandy S, Sumarni S, Soeyoko. Analisis model faktor risiko yang mempengaruhi infeksi kecacingan yang ditularkan melalui tanah pada siswa sekolah dasar di Distrik Arso Kabupaten Keerom, Papua. Media Litbangkes. 2015;25(1):1–14.
Darlan DM, Kaban FFV. Correlation between soil transmitted helminth infection and incidence of anemia at public primary school 060925. Int J PharmTech Res. 2016;9(6):185–90.
Darlan DM, Tala ZZ, Amanta C, Warli SM, Arrasyid NK. Correlation between Intestinal Parasite Infection and Eosinophil Levels among Primary School Children in Medan. Open Access Maced J Med Sci. 2017;5(2):142–6.
Hairani B, Hidayat S, Indriyati L. Helminth Infection in Primary School Children and Characteristics of Settlement in The Coastal Village of Kusan Hilir Subdistrict Tanah Bumbu District , South Kalimantan Province , Indonesia. Int J Eng Technol Sci. 2018;5(3):66–72.
Bisara D, Mardiana. Kasus Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan Tahun 2010. J Ekol Kesehat. 2014;13(3):255–64.
Kartini S. Kejadian kecacingan pada siswa sekolah dasar negeri kecamatan rumbai pesisir pekanbaru the helminthiasis on the state elementary school dtudent on kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru. 2016;3(2):53–8.
Permono H. Peran Orangtua Dalam Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Untuk Membangun Karakter Anak Usia Dini. In: Prosiding Seminar Nasional Parenting 2013. Jakarta; 2013. p. 34–47.
Mutoharoh S. Perilaku Mencuci Tangan dan Kejasian Kecacingan pada Siswa SEkolah Dasar di Kecamatan Pertanahan Kabupaten Kebumen. J Ilm Kesehat Keperawatan. 2015;11(2).
