Studi Filariasis Pasca Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis Tahap III Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016

Study of post-mass drug administration phase III for lymphatic filariasis in Muara Enim Regency South Sumatera Province, 2016

  • ritawati ritawati
  • Reni Oktarina
Keywords: filariasis, mikrofilaria, vektor, Muara Enim, pemberian Obat Pencegahan Massal

Abstract

Abstract

Muara Enim is an endemic lymphatic filariasis district in South Sumatera
Province. Microfilaria rate reported in 2009 was 10.3%. Filarial prevention mass
drug administration (MDA) was simultaneously carried out since 2013. The
objectives of the study were to identify the lymphatic filariasis situation
(microfilaria rate, history of drugs administration, vector species and larval
habitat) after the introduction of third phase filariasis prevention drugs. Study
design was cross sectional study, which located in Penanggiran and Cinta Kasih
Village, Muara Enim District in 2015. Sampling was done by examination of
finger blood at night from 19:00 to 24:00. The history of taking MDA was asked to
the villagers > 15 years old that were taken finger blood speciments. The catching
of adult mosquitoes was done once by human landing collection method for 12
hours (18.00-06.00). Observation of larvae was conducted in larval breeding
habitats.The results found one sample Brugia malayi mikrofilaria species
positive of 726 from the sentinel village of sentinel. Microfilarial rate was 0.29%.
The dominant mosquito vector species was Culex quinquefasciatus. The
mosquito larvae were found in the marsh area. We found only 22% of 537
respondents has been taking the drug three times for three years.

Abstrak

Muara Enim merupakan daerah endemis filariasis di Provinsi Sumatera
Selatan. Mikrofilaria rate dilaporkan tahun 2009 sebesar 10,3%. Pemberian
obat pencegahan massal serentak dilakukan sejak tahun 2013. Tujuan
penelitian mengetahui gambaran filariasis (mikrofilaria rate, riwayat minum
obat, spesies nyamuk dan habitat larva) pasca-Pemberian Obat Pencegahan
Massal (pasca-POPM) filariasis tahap tiga. Desain penelitian studi potong
lintang, lokasi penelitian di Desa Penanggiran dan Cinta Kasih. Pengambilan
sampel dengan cara pemeriksaan darah jari pada malam hari dimulai pukul
19.00-24.00 WIB terhadap seluruh penduduk desa yang datang pada saat
survei darah jari (SDJ). Riwayat minum obat pencegahan ditanyakan pada
penduduk yang diambil spesimen darah jari berumur >15 tahun. Penangkapan
nyamuk dewasa dilakukan masing-masing satu kali di desa lokasi penelitian
dengan metode human landing collection selama 12 jam (18.00–06.00 WIB).
Pengamatan dan pencidukan larva pada habitat perkembangbiakan larva.
Hasil pemeriksaan darah terhadap 726 orang ditemukan satu orang positif
mikrofilaria dengan spesies Brugia malayi dengan Mf rate sebesar 0,29%.
Frekuensi minum obat massal filariasis selama tiga tahun POPM dari 537
responden hanya sebesar 22,0%. Spesies nyamuk yang dominan ditemukan
Culex quinquefasciatus. Larva nyamuk vektor filariasis ditemukan di rawa.
Disarankan sosialisasi, pentingnya minum obat pencegahan filariasis dan
peningkatan praktik pencegahan untuk mengurangi kontak dengan nyamuk.

References

Kementerian Kesehatan RI. Peraturan

Menteri Kesehatan Repubik Indonesia

Nomor 94 Tahun 2014, Tentang

Penanggulangan Filariasis.; 2014:1-118.

Arsin AA. Epidemiologi Filariasis Di

Indonesia.; 2016

Hussain MA, Sitha AK, Swain S, Kadam S

PS. Mass drug administration for

lymphatic filariasis elimination in a

coastal state of India: a study on barriers

to coverage and compliance. Infect Dis

P o v e r t y . 2 0 1 4 ; 3 ( 1 ) .

doi:doi:10.1186/2049-9957-3-31.

Purwantyastuti. Pemberian Obat Massal

Pencegahan(POPM) Filariasis. Bul Jendela

Epidemiol. 2010;1 Juli:1-23.

Hendri J, Ipa M, Ginanjar A, Yuliasih Y,

Astuti EP. Intervensi Kader Dalam

Mendukung Program Pemberian Obat

Massal Pencegahan ( POMP ) Filariasis di

Kecamatan Cibeureum dan Cibingbin,

Kabupaten Kuningan. J Ekol Kesehat.

;Vol. 17No:31-40.

Jontari H, Hari K, Hamim S. Faktor-Faktor

Risiko Kejadian Penyakit Lymphatic

Filariasis di Kabupaten Agam , Propinsi

Sumatera Barat Tahun 2010. Outbreak,

Surveill Investig Rep. 2014;7(1):9-15.

Dinas Kesehatan kabupaten Muara Enim.

Laporan Tahunan Eliminasi Penyakit Kaki

Gajah Kabupaten Muara Enim Provinsi

Sumatera Selatan. In: ; 2015.

Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Eliminasi Filariasis Di Indonesia.

Pedoman Penentuan Dan Evaluasi Daerah

Endemis Filariasis. Jakarta: Kementerian

Kesehatan RI; 2012.

WHO. Lymphatic Filariasis. A Manual for

National Elimination Programmes, World

Health Organization. Geneva; 2011.

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Pedoman Penentuan Daerah

Endemis Penyakit Kaki Gajah (Filariasis).

Jakarta: Direktorat Jenderal PP & PL,

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia; 2004

O‟Connor CT dan Soepanto A. Kunci

bergambar nyamuk Anopheles dewasa

dan jentik Anopheles di Indonesia. In:

Jakarta: Ditjen PP & PL Depkes RI; 2013.

Oktarina R, Santoso S, Y Taviv. Gambaran

angka prevalensi mikrofilaria di

Kabupaten Banyuasin pasca pengobatan

massal tahap III. BALABA. 2017;13 No

: 1 1 - 2 0 .

http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/ind

ex.php/blb/article/view/4794. Accessed

March 21, 2018.

Nurvaila V. Gambaran Karakteristik

Penderita Filariasis di Desa Sanggu

Kabupaten Barito Selatan Kalimantan

T e n g a h . J K e s e h a t M a s y .

;4(April):131-138.

Sopi IIP, Willa RW. Situasi Pasca

Pengobatan Massal Filariasis di Desa

Buru Kaghu, Kecamatan Wewewa

Selatan, Sumba Barat Daya. J Ekol

Ke s e h a t . 2 0 1 4 ; 1 3 ( 2 ): 1 1 6 - 1 2 9 .

http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/ind

ex.php/jek/article/view/3949.

Rizky Amelia. Analisis Faktor Risiko

Kejadian Penyakit Filariasis. Unnes J

Public Heal . 2014 ; 3 ( 1 ): 1 - 1 2 .

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.ph

p/ujph/article/view/3153. Accessed

December 27, 2017.

Rahayu N, Suryatinah Y, Setyaningtyas DE,

Sulasmi S. Faktor Terjadinya Penularan

Filar ias i s di Puskesmas Lasung

Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah

Bumbu Kalimantan Selatan. Buski.

;5(2):101-106.

Rosanti, TI AA. Deskripsi Alasan

Ketidakpatuhan Minum Obat pada

Program Pemberian Obat Massal

Pencegahan (POMP) Filaria Tahun 2015 di

Kelurahan Pabean Pekalongan Utara Kota

Pekalongan. Mandala Heal. 2015;8, Nomor

: 6 4 2 - 6 4 5 .

http://jos.unsoed.ac.id/index.php/mand

ala/article/view/352. Accessed March 21,

Nurlaila, Praba Ginandjar M. Faktor-faktor

yang berhubungan dengan Kepatuhan

Pengobatan Masal di Kelurahan Non

Endemis Filariasis Kota Pekalongan. J

Kesehat Masy. 2017;5 Nomor 4:455-466.

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/

jkm/article/view/18662. Accessed March

, 2018.

Sitohang M. Gambaran Kepatuhan

Pengobatan Masal di Daerah Endemis

Kota Pekalongan. J Kesehat Masy. 2017;5

N o m o r 3 : 1 0 1 - 1 0 7 .

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/

jkm/article/view/17175. Accessed March

Modi A, Gamit S, Jesalpura BS, Kurien G KJ.

Reaching endpoints for lymphatic

filariasis elimination- results from mass

drug administration and nocturnal blood

surveys, South Gujarat, India. PLoS Negl

Trop Dis. 2017;11(4):1- 14

Ojha CR, Joshi B, Kc KP, Dumre SP, Yogi KK,

Bhatta B et al. Impact of mass drug

administration for elimination of

lymphatic filariasis in Nepal. PLoS Negl

Trop Dis. 2017:112.

Gusti Meliyanie DA. Program Eliminasi

Lymphatic Filariasis di Indonesia. JHECDs.

0 1 7 ; 3 ( 2 ) : 6 3 - 7 0 .

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/inde

x.php/jhecds/ar ti c le/view/7708.

Accessed March 21, 2018.

Yuliani E, Juniarti N, Yamin A. Gambaran

Intensi Minum Obat Pencegah Filariasis

Pada Ibu Rumah Tangga Di Desa Citalahab

Kecamatan Karangjaya Kabupaten

Ta s i k m a l a y a . J K e p e r a w a t a n

Komprehensif. 2018;4 No 1:25-31.

h t t p : / / j o u r n a l . s t i k e p -

ppnijabar.ac.id/index.php/jkk/article/vie

w/95. Accessed March 21, 2018.

Arini, Lintang Dian Saraswati, Praba

Ginandjar M. Prevalensi Filariasis dan

Gambaran Pengobatan Massal di Wilayah

Kerja Puskesmas Jembatan Mas Kabupaten Batang HAri. J Kesehat Masy.

; 6 , Nom o r 1 : 1 7 8 - 1 9 0 .

https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/

jkm/article/view/19856. Accessed March

, 2018.

Astuti E, Ipa M, Wahono T. Analisis Perilaku

Masyarakat Terhadap Kepatuhan Mimum

Obat Filariasis di Tiga Desa Kecamatan

Majalaya Kabupaten Bandung. Media

P e n e l i t . 2 0 1 4 .

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/inde

x.php/MPK/article/view/3675. Accessed

November 22, 2016.

Erlan A. Promosi kesehatan dalam

pengendalian filariasis . Balaba .

; 10 (02) : 89 - 96 .

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/inde

x.php/blb/article/viewFile/3691/3617.

Accessed November 22, 2016.

Pusdatin. Infodatin-Filariasis. 2015.

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatinfilariasis.pdf

Setyaningtyas D, … WY. Keberhasilan

Pengobatan Mas sal Filar ias i s di

Kecamatan Kusan Hulu Kabupaten Tanah

Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.

BALABA. 2017;13 No.2:133-142.

http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/ind

ex.php/blb/article/view/6292. Accessed

March 21, 2018.

Reni Oktarina, Yahya, Milana Salim IP.

Keragaman Spessies Nyamuk di Desa

Pemetung Basuki dan Desa Tanjung

Kemala Barat Kabupaten Ogan Komering

Ulu Timur. Spirakel. 2014;6:14-25.

Windiastuti I, Suhartono S. Hubungan

Kondisi Lingkungan Rumah, Sosial

Ekonomi, dan Perilaku Masyarakat

Dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan

Pekalongan Selatan Kota Pekalongan. J

Kesehat . 2013 .

http://www.ejournal.undip.ac.id/index.p

hp/jkli/article/view/5960. Accessed

November 22, 2016.

Supranelfy Y, Santoso. Sebaran Nyamuk

Vektor di Kabupaten Muaro Jambi,

Provinsi Jambi. Spirakel. 2016;8(1):21-29.

doi:10.22435/spirakel.v8i1.6134.

Yahya Y, Salim M, Arisanti M. Deteksi

Brugia malayi pada Armigeres subalbatus

dan Culex quinquefasciatus yang

diinfeksikan darah penderita filariasis

dengan metode PCR. ASPIRATOR.

0 1 4 ; 6 ( 2 ) : 3 5 - 4 2 .

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/inde

x.php/aspirator/article/view/3623.

Accessed February 1, 2017.

Published
2018-12-17
How to Cite
ritawati, ritawati, & Oktarina, R. (2018). Studi Filariasis Pasca Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) Filariasis Tahap III Kabupaten Muara Enim Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2016. Jurnal Vektor Penyakit, 12(2), 93-102. https://doi.org/10.22435/vektorp.v12i2.837