Nilai Budaya Jawa Dalam Pengendalian Malaria Untuk Mencapai Eliminasi Malaria Di Kawasan Bukit Menoreh

  • Tri Isnani Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara
  • Bina Ikawati Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara
  • Asnan Prastawa Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara
  • Zumrotus Sholichah Balai Litbang Kesehatan Banjarnegara
Keywords: cultural values, Javanese culture, malaria control, malaria elimination

Abstract

Bukit Menoreh is a border area of three regencies and two provinces which have malaria problems. The target to achieve and maintain the predicate as being free or has eliminated malaria was carried out byvarious control methods, either as government programs or community participations. The area itself is a Javanese cultural area in which its values are stronglyheld. This affects existing malaria control efforts. The research was conducted with a qualitative approach, held in three districts in Bukit Menoreh, each with 2 villages. The data was obtained through observations, indepth interview, and focus group discussions (FGD) with 3 groups in each village. The results showed that from the various control efforts carried out there was a culture of ‘isin’ (shame), ‘pekewuh’ (feeling of reluctant), and the influence of community leaders, especially in ‘gotong royong’ or community service activities in environmental cleanliness, health educations, and migration surveillance. The conclusion of this study is that some of these values are supportive, and some are hindering the effort to control malaria. Therefore, a special approach is needed with attention to culture. Intervention to control malaria should pay local wisdom and culture so it can be accepted and implemented.

Abstrak

 

Bukit Menoreh adalah daerah perbatasan tiga kabupaten dari dua provinsi yang merupakan daerah dengan masalah malaria.  Target mencapai dan mempertahankan predikat bebas atau eliminasi malaria dilakukan dengan berbagai cara pengendalian, baik program dari pemerintah maupun peran serta masyarakat.  Wilayah ini merupakan wilayah budaya Jawa yang di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya yang masih kuat dipegang.  Hal ini berpengaruh terhadap usaha pengendalian malaria yang ada.  Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, di tiga kabupaten di Bukit Menoreh masing-masing diambil dua desa.  Data diperoleh melalui observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kelompok terarah (DKT) terhadap tiga kelompok di tiap desa.  Hasil penelitian menunjukkan dari berbagai usaha pengendalian malaria terdapat budaya rasa isin (malu), rasa ewuh (sungkan), dan panut (patuh) terhadap pengaruh tokoh dalam masyarakat terutama dalam kegiatan kerja bakti atau gotong royong kebersihan lingkungan, sosialisasi, dan surveilans migrasi.  Penelitian ini menyimpulkan bahwa nilai tersebut ada yang mendukung dan ada yang menghambat usaha pengendalian malaria sehingga diperlukan pendekatan khusus dengan memperhatikan budaya. Kebijakan pengendalian malaria sebaiknya memperhatikan budaya lokal sehingga bisa menggunakan budaya lokal dan bisa diterima dan diterapkan.

References

Andriyani, P. D., & Widiarti. (2015). Gambaran Lingkungan dan Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku pada Peningkatan Kasus Malaria di Desa Kalirejo Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Tahun 2012. Vektora, Vol.7, 40, 41, 46. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vk/article/view/4259

Astuti, E. P., Ipa, M., Ginanjar, A., & Wahono, T. (2020). Upaya Pengendalian Malaria dalam Rangka Pre-Eliminasi di Kabupaten Garut: Sebuah Studi Kualitatif. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 22(4), 255–264. https://doi.org/10.22435/hsr.v22i4.1761

Darmawansyah, D., Habibi, J., Ramlis, R., & Wulandari, W. (2019). Determinan Kejadian Malaria. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(03), 136–142. https://doi.org/10.33221/jikm.v8i03.370

Endraswara, S. (2010). Etika Hidup Orang Jawa. Narasi.

Faizah, E. N., & Fibriana, A. I. (2016). Efektifitas Pembentukan Kader Malaria Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Kepala Keluarga Dalam Upaya Pengendalian Malaria Di Rw I Dan Rw Iii Desa Hargorojo Kabupaten Purworejo. Unnes Journal of Public Health, 5(2), 110. https://doi.org/10.15294/ujph.v5i2.10108

Frinaldi, A., & Muhamad Ali Embi. (2014). Budaya Kerja Ewuh Pakewuh Di Kalangan Pegawai Negeri Sipil Etnik Jawa (Studi pada Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat). Humanus, Vol. XIII.

Hasyim, H., Camelia, A., & Alam, N. (2014). Determinan Kejadian Malaria di Wilayah Endemis Determinant of Malaria in the Endemic Areas of South Sumatera Province. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 8, 291–294.

Helman, C. G. (1994). Culture, Health, and Illness An Introduction for Health Professionals (Third Edit). Butterworth Heinemann.

Husni, H., Rahayujati, T. B., & Supargiyono, S. (2017). Evaluasi Program Pencegahan dan Penanggulangan Faktor Risiko Malaria di Kabupaten Kulon Progo. Berita Kedokteran Masyarakat, 33(12), 565–572.

Ikawati, B., Marbawati, D., Sunaryo, Prastawa, A., Wijayanti, T., Widiastuti, D., Isnani, T., Raharjo, J., Sholichah, Z., Priyanto, D., Wahyudi, B. F., Sianturi, C. L. J., & Rahmawati. (2018). Laporan Penelitian Pengembangan Peran Lintas Program, Lintas Sektor, dan Masyarakat dalam Mendukung Eliminasi Malaria di Wilayah Lintas Batas Menoreh (Issue 16).

Jaya, P. H. I. (2012). Dinamika Pola Pikir Orang Jawa. Humaniora, Vol. 24, No. 2 Juni 2012: 133-140, 24(2), 133–140. https://jurnal.ugm.ac.id/jurnal-humaniora/article/view/1056/885

Kesuma, A. P., Pramestuti, N., Prastawa, A., & Trisnawati, U. F. (2018). Penerapan Peraturan Desa tentang Penemuan dan Pengawasan Pengobatan Kasus Malaria Berbasis Masyarakat. Aspirarator Jurnal Penelitian Penyakit Tular Vektor, 10(1), 15–26.

Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi Pokok-Pokok Etnografi Jilid II (Cetakan ke). Rineka Cipta.

Kusnanto, H., Trisnantoro, L., Lazuardi, L., & Astuti, I. (2015). Kebijakan Penggunaan Batas Wilayah Epidemiologi dalam Pengendalian Penyakit Malaria ( Studi Kasus di Puskesmas Kokap II Kabupaten Kulon Progo, DIY ). Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 04(02), 65–72.

Laksono, A. D., & Faizin, K. (2015). Pengaruh Tradisi Pada Perilaku Pelayanan Tenaga Kesehatan (Studi Kasus Etnografis Pada Tenaga Kesehatan Suku Muyu). Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, Vol. 18 No, 347–354. https://doi.org/10.22435/hsr.v18i4.4567.347-354

Mulyono, A., Alfiah, S., Sulistyorini, E., & Negari, K. S. (2013). Hubungan Keberadaan Ternak Terhadap Kasus Malaria Di Provinsi Ntt ( Analisis Lanjut Data Riskesdas 2007 ). Jurnal Vektora, Vol. V No., 73–77.

Murhandarwati, E. E., Fuad, A., Nugraheni, M. D., Sulistyawati, Wijayanti, M. A., Widartono, B. S., & Chuang, T.-W. (2014). Early malaria resurgence in pre-elimination areas in Kokap Subdistrict, Kulon Progo, Indonesia. Malaria Journal, 13(1), 130. https://doi.org/10.1186/1475-2875-13-130

Nababan, R., & Umniyati, S. R. (2018). Faktor Lingkungan dan Malaria yang Memengaruhi Kasus Malaria di Daerah Endemis Tertinggi di Jawa Tengah : Analisis Sistem Informasi Geografis. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 34, 11–18.

Negara, P. D. (2018). Budaya Malu pada Masyarakat Tengger dan Pengaruhnya terhadap Budaya Hukum Penghindaran Konflik. Widya Yuridika, 1(2), 141. https://doi.org/10.31328/wy.v1i2.743

Pratamawati, D. A., Susanti, L., Nugroho, S. S., Mujiyono, M., & Martiningsih, I. (2018). Gambaran Daerah Reseptif Malaria di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Spirakel, 10(2), 63–77. https://doi.org/10.22435/spirakel.v10i2.665

Ruliansyah, A., & Pradani, F. Y. (2020). Perilaku-Perilaku Sosial Penyebab Peningkatan Risiko Penularan Malaria di Pangandaran. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 23(2), 115–125. https://doi.org/10.22435/HSR.V23I2.2797

Setiyaningsih, R., Trapsilowati, W., Mujiyono, M., & Lasmiati, L. (2018). Pengendalian Vektor Malaria di Daerah Endemis Kabupaten Purworejo, Indonesia. BALABA, Vol. 14 No, 1–12. https://doi.org/10.22435/blb.v14i1.290

Setiyawan, I. (2020). Harmoni Sosial Berbasis Budaya Gugur Gunung. In Empirisma: Jurnal Pemikiran Dan Kebudayaan Islam (Vol. 29, Issue 1). https://doi.org/10.30762/EMPIRISMA.V29I1.2159

Soehadha, M. (2014). Wedi Isin ( Takut Malu ); Ajining Diri ( Harga Diri ) Orang Jawa dalam Perspektif Wong Cilik ( Rakyat Jelata ). Religi, Vol. X, No(2014), 1–11.

Solikhah. (2012). Pola Penyebaran Penyakit Malaria di Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo DIY Tahun 2009. Buletin Penelitian Kesehatan, 15; 3(0274), 213–222. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/hsr/article/view/2995/2229

Sulaeman, E. S., Reviono, & Setyowati, A. (2016). Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh Masyarakat Dalam Penemuan Penderita Tuberkulosis Health Cadres ’ Social Capital and Community Figures ’ Leadership in the Detection of Tuberculosis. Jurnal Kedokteran Yarsi, 24(1), 20–41.

Sulastuti, K. I. (2012). Konsep Rasa dalam Kehidupan Masyarakat Jawa. Gelar : Jurnal Seni Budaya, 40(April), 1–2. https://doi.org/10.1097/000004583-2002100000-00014

Sutardjo, I. (2019). Konsep Kepemimpinan “Hasthabrata” dalam Budaya Jawa. Jumantara: Jurnal Manuskrip Nusantara, 5(2), 85–104. https://ejournal.perpusnas.go.id/jm/article/view/005002201406

Trapsilowati, W., Pujiyanti, A., Setyaningsih, R., & Wigati. (2018). Gambaran Pengetahuan , Sikap , dan Praktik Masyarakat tentang Malaria di Kabupaten Purworejo Tahun 2015. Aspirator, 10(1), 9–14.

Waikero, S., & Iswahyudi, D. (2019). Peran Tokoh Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Pendidikan, 3, 256–263. https://conference.unikama.ac.id/artikel/index.php/fip/article/view/212

Published
2021-12-27