KEANEKARAGAMAN NYAMUK VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK DI WILAYAH ENDEMIS KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU

MOSQUITO DIVERSITY OF LIMFATIC FILARIASIS VECTORS IN ENDEMIC AREA OF PELALAWAN DISTRICT, RIAU PROVINCE

  • Maya Arisanti Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja
  • Anif Budianto Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja
  • Rahayu Hasti Komaria Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja
  • Katarina Sri Rahayu Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja
  • Rizki Nurmaliani Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja
Keywords: Limfatic filariasis, diversity, potential vectors, Pelalawan district

Abstract

Mass Drug Administration (MDA ) for lymphatic filariasis (LF) control was completed in 2016, however, the result of the Transmission Assessment Survey-1 (TAS -1) with the Brugia Rapid Test confirmed that 17 children were positive. This shows that LF transmission is still going on in Pelalawan District. The study aimed to identify the diversity of mosquito species that responsible for LF transmission in Pelalawan District. Data were collected from Sialang Bungkuk Village and Ukui Village 1 in September and November 2017. Mosquitoes were captured using the modified human landing collection with a double net method for 12 hours from 6 pm to 6 am. Catching mosquitoes carried out twice with an interval of 1 month at two fishing locations. Detection of Deoxyribonucleic Acid (DNA) of Brugia malayi in all types of mosquitoes using Polymerase Chain Reaction (PCR). A total of 1,276 adult mosquitoes was caught in these two study locations. They consisted of 25 species. Mansonia dives was the predominant species in Sialang Bungkuk Village with outdoor Man Hour Density (MHD) 17.67 mosquitoes/person/hour, while Armigeres kesseli was the predominant species in Ukui 1 village with outdoor MHD 25.68 mosquitoes/person/hour. the estimated age of the mosquito in Sialang Bungkuk Village ranged from 4,24 to 32,83 days. Among them,  the oldest mosquito species was Culex gellidus, while Culex nigropunctatus was identified as the oldest mosquito in Ukui 1 village 0-7,82 days. DNAs were detected among  Ma. dives and Culex. quinquefasciatus. The potential mosquito habitats found in two locations were found at swamps, rubber soaking ponds, ripples in rubber gardens, unused pools. We concluded that these species were responsible for filariasis transmission in that habitats.

Abstrak

Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis di Kabupaten Palalawan telah selesai dilaksanakan tahun 2016, akan tetapi setelah dilakukan survei Transmission Assesment Survey-1 (TAS-1), ditemukan tujuh belas anak positif mikrofilaria. Hasil tersebut menunjukkan masih adanya penularan filariasis di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi keanekaragaman spesies nyamuk yang berpotensi menjadi vektor filariasis limfatik di Kabupaten Pelalawan. Data dikumpulkan dari Desa Sialang Bungkuk dan Kelurahan Ukui Satu pada bulan September dan November 2017. Penangkapan nyamuk dilakukan menggunakan metode modifikasi human landing collection, menggunakan double net selama dua belas jam, pada pukul 18.00-06.00 WIB. Penangkapan dilakukan dua kali dalam selang waktu satu bulan.  Deteksi Brugia malayi pada semua jenis nyamuk tertangkap dilakukan menggunakan metode  Polymerase Chain Reaction (PCR). Jumlah nyamuk dewasa tertangkap di dua lokasi sebanyak 1.276 ekor, terdiri dari 25 spesies. Spesies nyamuk yang mendominasi di Desa Sialang Bungkuk adalah Mansonia dives dengan Man Hour Density (MHD) luar rumah 17,67 nyamuk/orang/jam, sedangkan di Kelurahan Ukui Satu, spesies nyamuk dominan adalah Armigeres kesseli dengan MHD luar rumah  25,68 nyamuk/orang/jam. Rentang  perkiraan umur nyamuk di Desa Sialang Bungkuk adalah 4,24-32,83 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex gellidus. Rentang perkiraan umur nyamuk di Kelurahan Ukui Satu adalah 0-7,82 hari, spesies nyamuk yang mempunyai perkiraan umur paling panjang adalah Culex nigropunctatus. Hasil pemeriksaan PCR menunjukkan B.malayi terdeteksi pada Ma. dives dan Culex  quinquefasciatus. Habitat potensial nyamuk di dua lokasi adalah rawa-rawa, kolam perendaman karet, kobakan di kebun karet, dan kolam yang tidak terpakai. Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis nyamuk di habitat tersebut berpotensi sebagai vektor filariasis

References

Anorital, Hananto, M., Pangaribuan, H.U., Ariati, J., Cahyorini, Senewe, F.P., 2020. Endemicity Brugia malayi Status Post Transmission Assessment Survey in Indonesia-2017 22, 469–474.
Astuti, E.P., Ipa, M., Prasetyowati, H., Fuadzy, H., Dhewantara, P.W., 2016. Kapasitas Vektor dan Laju Inokulasi Entomologis Anopheles vagus dari Wilayah Endemis Malaria di Provinsi Banten. Vektora J. Vektor dan Reserv. Penyakit 8, 23–30.
B2P2VRP, 2007. Modul Entomologi Dasar. B2P2VRP Badan Litbangkes Kemenkes RI, Salatiga.
Depkes RI, 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1582/MENKES/SK/XI/2005 Tentang Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dinkes Provinsi Riau, 2018. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2018, Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
Hamdan, Y.L., Hadisaputro, S., Suwondo, A., Sofro, M.A., Adi, S., 2019. Faktor Lingkungan Dan Perilaku Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Filariasis. J. Ilm. Permas J. Ilm. STIKES Kendal 9, 21–26.
Kemenkes RI, 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017, Journal of Chemical Information and Modeling. Kemenkes RI.
Kemenkes RI, 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Pusdati Kemenkes RI, Jakarta.
Kementerian Kesehatan, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis, Penanggulangan Filariasis. Indonesia.
Loka Litbang P2B2 Baturaja, 2018. Loka Litbang P2B2 Baturaja Laporan Multicenter Loka Baturaja Tahun 2017. Loka Litbang P2B2 Baturaja, Baturaja.
Maloha, M.M., 2019. Identifikasi Nyamuk di Teluk Kecimbung , Kabupaten Sarolangun , Provinsi Jambi Malaria di Provinsi Jambi merupakan Data Puskesmas Limbur Tembesi , AMI menggunakan perangkap cahaya di dekat kandang di 1, 40–44.
Maryanti, E., Andriyani, A., Suyanto, S., 2016. Gambaran Penderita Filariasis di Kabupaten Meranti Provinsi Riau Periode 2009-2014. J. Ilmu Kedokt. 10, 112–120.
Mulyaningsih, B., Umniyati, S.R., Hadisusanto, S., Edyansyah, E., 2019. Study on vector mosquito of zoonotic Brugia malayi in Musi Rawas, South Sumatera, Indonesia. Vet. World 12, 1729–1734.
Munawwaroh, L., Pawenang, E.T., 2016. Evaluasi Program Eliminasi Filariasis dari Aspek Perilaku dan Perubahan Lingkungan. Unnes J. Public Heal. 3, 195–204.
Mutiara, H., Anindita, 2016. Filariasis : Pencegahan Terkait Faktor Risiko. Majority 5, 1–6.
Nurjazuli, N., Dangiran, H.L., Bari’ah, A.A., 2018. Analisis Spasial Kejadian Filariasi di Kabupaten Demak Jawa Tengah. J. Kesehat. Lingkung. Indones. 17, 46.
Onggang, F.S., 2018. Analisis Faktor Faktor terhadap Kejadian Filariasis Type Wuchereria Bancrofti , dan Brugia Malayi Di Wilayah Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2016. J. Info Kesehat. 16, 1–20.
Perwitasari, D., Res, R.N., Ariati, J., Tsai, C., Chou, P., Chung, S., Lee, P.A., 2019. Detection of Dengue Virus Using a Field- Deployable Pcr System : Evaluation on Human Serum Samples in Indonesia. South East Asian J. Trop. Med. Public Heal. 50, 1016–1028.
Portunasari, W.D., Kusmintarsih, E.S., Riwidiharso, E., 2017. Survei Nyamuk Culex spp. sebagai Vektor Filariasis di Desa Cisayong, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya. Biosfera 33, 142.
Prasetyowati, H., Riandi, M.U., Hendri, J., Ipa, M., 2020. Entomological Assessment in Tangerang, Indonesia: Post Transmission Assessment Survey of Lymphatic Filariasis Endemic Villages. In: UPHEC 2019. Atlantis Press, pp. 67–71.
Pratiwi, R., Anwar, C., Salni, S., Hermansyah, H., Novrikasari, N., 2019. Keanekaragaman dan perilaku menggigit nyamuk sebagai vektor potensial filariasis di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan. J. Entomol. Indones. 16, 91.
Purnama, W., 2017. Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kecamatan Muara Pawan Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat. J. Kesehat. Lingkung. Indones. 16, 8.
Rahman, I.P., Santoso, Mahdalena, V., Marini, 2019. Culex vishnui Sebagai Vektor Filariasis Potensial di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Hilos Tensados 12, 1–10.
Ramadhani, T., Wahyudi, B.F., 2015. Keanekaragaman dan Dominasi Nyamuk di Daerah Endemis Filariasis Limfatik , Kota Pekalongan. J. Vektor Penyakit 9, 1–8.
Ridha, M.R., Juhairiyah, J., Fakhrizal, D., 2018. Pengaruh Iklim Terhadap Peluang Umur Nyamuk Mansonia spp di Daerah Endemis Filariasis di Kabupaten Kapuas. J. Kesehat. Lingkung. Indones. 17, 74.
Salim, M., Ipa`, M., Nainggolan, O., 2019. Keragaman Spesies Tersangka Vektor Filariasis Berdasarkan Tipe Habitat dan Ekosistem di Kabupaten Sarmi Provinsi Papua. ASPIRATOR - J. Vector-borne Dis. Stud. 11, 45–58.
Salim, M.F., Baskoro, T., Satoto, T., Kusnanto, H., 2016. Zona Kerentanan Filariasis Berdasarkan Faktor Risiko dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis. J. Inf. Syst. Public Heal. 1, 16–24.
Santoso, Budiyanto, A., Yahya, PA, L., Suryaningtyas, N.H., DSP, G.W., Supranelfy, Y., Ni’mah, T., Anorital, Marleta, R., Hasan, A., 2019. Evaluation Study Of Filariasis Limfatic Elimination Activities. J. Med. Sciene Clin. Res. 07, 870–876.
Santoso, S., Yahya, Y., Salim, M., 2015. Penentuan Jenis Nyamuk Mansonia Sebagai Tersangka Vektor Filariasis Brugia malayi dan Hewan Zoonosis di Kabupaten Muaro Jambi. Media Penelit. dan Pengemb. Kesehat. 24, 181–190.
Santoso, S., Yahya, Y., Suryaningtyas, N.H., Pahlepi, R.I., Rahayu, K.S., 2016. Studi Bioekologi Nyamuk Mansonia Spp Vektor Filariasis Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Vektora J. Vektor dan Reserv. Penyakit 8, 71–80.
Supranelfy, Y., Sitorus, H., Pahlepi, R., 2012. Bionomik Nyamuk Mansonia Dan Anopheles Di Desa Karya Makmur, Kabupaten Oku Timur. Indones. J. Heal. Ecol. 11, 158–166.
Supranelfy, Y., Warni, S.E., Inzana, N., Satriani, A.V., Putra, D.Ek., Yon, B., S, N.H., Santoso, S., 2019. Survei Darah Jari di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi Tahun 2017. J. Vektor Penyakit 13, 87–96.
Supriyono, S., Tan, S., Hadi, U.K., 2017. Perilaku Nyamuk Mansonia dan Potensi Reservoar dalam Penularan Filariasis di Desa Gulinggang Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan. ASPIRATOR - J. Vector-borne Dis. Stud. 9, 1–10.
Supriyono, S., Tan, S., Hadi, U.K., 2019. Ragam Spesies dan Karakteristik Habitat Nyamuk di Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan. ASPIRATOR - J. Vector-borne Dis. Stud. 11, 19–28.
Syachrial, Z., Martini, S., Yudhastuti, R., Hasan, H.A., 2005. Populasi nyamuk dewasa di daerah endemis filariasis studi di Desa Empat Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Banjar tahun 2004. Kesehat. Lingkung. 2, 85–96.
Tallan, M.M., Mau, F., 2016. Karakteristik Habitat Perkembangbiakan Vektor Filariasis di Kecamatan Kodi Balaghar Kabupaten Sumba Barat Daya. ASPIRATOR - J. Vector-borne Dis. Stud. 8, 55–62.
WHO, 1975a. Manual On Practical Entomology In Malaria, The WHO Division Of Malaria Other Parasitic Diseases Part II. Geneva.
WHO, 1975b. Division of Malaria and Other Parasitic Disease, Manual On Practical Entomology in Malaria Part II. Geneva.
Yulidar, Y., Ramadhan, N., Rosdiana, R., Wilya, V., 2020. Deteksi DNA Mikrofilaria Brugia malayi dengan Teknik PCR-Pockit Nucleic Acid Analyzer Pada Nyamuk di Kabupaten Pidie. Balaba J. Litbang Pengendali. Penyakit Bersumber Binatang Banjarnegara 16, 47–56.
Published
2020-12-10
How to Cite
Arisanti, M., Budianto, A., Komaria, R., Rahayu, K., & Nurmaliani, R. (2020). KEANEKARAGAMAN NYAMUK VEKTOR FILARIASIS LIMFATIK DI WILAYAH ENDEMIS KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU. Vektora : Jurnal Vektor Dan Reservoir Penyakit, 12(2), 105-118. https://doi.org/10.22435/vk.v12i2.3547